Israel Paksa Aktivis Greta dan Awak Kapal Bantuan Madleen Tonton Rekaman 7 Oktober

Israel Paksa Aktivis Greta dan Awak Kapal Bantuan Madleen Tonton Rekaman 7 Oktober


Pasukan Israel telah menahan semua penumpang kapal Koalisi Armada Kebebasan Madleen yang hendak menuju Gaza setelah mengambil alihnya di perairan internasional Senin (9/6/2025) pagi. Tentara kemudian memaksa para aktivis menonton rekaman serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan.

Angkatan Laut mencegat kapal tersebut sekitar pukul 2 pagi saat mendekati Gaza. Penangkapan para aktivis dan wartawan ini didahului dengan kehadiran quadcopter yang menyemprotkan zat putih di atas dek lalu beberapa saat kemudian pasukan Israel menyerbunya. 

Di antara mereka yang ditahan adalah aktivis Swedia Greta Thunberg, anggota parlemen Eropa keturunan Prancis-Palestina Rima Hassan, aktivis Jerman Yasemin Acar, dan koresponden Al Jazeera Mubasher Omar Faiad.

Kementerian luar negeri Israel merilis gambar para tahanan saat diberi roti lapis dan air di Pelabuhan Ashdod. Sementara Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan dia telah memerintahkan tentara menayangkan video serangan pada 7 Oktober, yang menewaskan lebih dari 1.100 warga Israel, untuk menunjukkan kepada para aktivis “siapa yang mereka dukung”.

“Koneksi terputus di ‘Madleen’. Tentara Israel telah menaiki kapal tersebut,” demikian pernyataan Freedom Flotilla Coalition, kelompok aktivis yang mengoperasikan kapal tersebut, di Telegram. Koalisi tersebut menambahkan bahwa para penumpang telah ‘diculik’ oleh pasukan Israel.

Sebuah video yang diunggah Kementerian Luar Negeri Israel di X menunjukkan para aktivis tersebut “dikawal” oleh angkatan laut, membawa mereka ke Pelabuhan Ashdod. “Semua penumpang ‘kapal pesiar selfie’ selamat dan tidak terluka. Mereka diberi roti lapis dan air. Pertunjukan sudah berakhir,” kata kementerian tersebut.

Menurut tim Hassan, quadcopter mengelilingi kapal dan menyemprot mereka dengan zat putih, beberapa saat sebelum mereka ditahan. Tim Hassan juga mengonfirmasi bahwa mereka kehilangan kontak dengannya pada pukul 3:19 pagi.

Beberapa gambar terakhir awak kapal menunjukkan mereka mengenakan jaket pelampung, untuk berjaga-jaga jika terjadi insiden, karena otoritas Israel telah mengancam akan melakukan kekerasan terhadap para aktivis sejak mereka berangkat pada 1 Juni dari Catania, Sisilia.

Sebelum penahanan mereka, Freedom Flotilla Coalition mengunggah beberapa rekaman video di media sosial di tengah kekhawatiran akan penangkapan para aktivis tersebut. Hassan mendesak pemerintah masing-masing untuk memastikan pembebasan mereka dalam klip tersebut.

Seorang rekan Faiad mengunggah video dan pesan dari reporter Al Jazeera Mubasher di Instagram saat ia ditangkap. Tangan Faiad terlihat terangkat ke udara ketika angkatan laut Israel memaksa masuk ke kapal. Kata-kata terakhirnya dalam bahasa Arab dapat didengar sebagai “Selamat tinggal, pemirsa yang budiman, dan kita akan bertemu lagi”.

Kapal tersebut, yang berlayar awal bulan ini memiliki misi mengakhiri pengepungan Israel selama berbulan-bulan di Jalur Gaza. Mereka juga akan memberikan bantuan simbolis kepada warga Palestina di daerah kantong itu, yang telah menderita selama 20 bulan dan meningkatnya angka kelaparan, akibat serangan brutal dan pengepungan total Israel. 

Mendapat Kecaman Global

Kelompok Palestina Hamas mengutuk penyitaan dan penahanan aktivis kapal tersebut, dan menyebut tindakan itu sebagai kejahatan pembajakan. Dalam pernyataannya di Telegram, kelompok itu menyebut tindakan Israel sebagai terorisme negara terorganisasi dan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional.

“Madleen, bersama dengan konvoi darat yang gigih dari Aljazair, Tunisia, Yordania, dan tempat lain, adalah bukti nyata kegagalan mesin propaganda Zionis, dan luasnya solidaritas rakyat serta kemanusiaan terhadap Gaza yang terkepung,” kata Hamas.

Kelompok tersebut menyerukan pembebasan segera para aktivis di atas kapal yang disita, dan menganggap Israel bertanggung jawab penuh atas keselamatan mereka. Mereka juga meminta PBB dan organisasi internasional untuk mengutuk kejahatan ini dan mengambil tindakan segera untuk menghentikan pengepungan terhadap Gaza.

Pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di wilayah Palestina, Francesca Albanese, mendesak pembebasan aktivis Madleen, dan meminta pelabuhan Mediterania untuk mengirimkan bantuan, solidaritas, dan kemanusiaan ke Gaza.

Iran, yang telah mengkritik keras Israel atas tindakannya di Gaza dan terlibat dalam serangan terhadap Tel Aviv selama perang, mengecam penahanan tersebut sebagai tindakan pembajakan berdasarkan hukum internasional. Turki, kritikus lain perang di Gaza, mengecap insiden itu sebagai serangan keji yang merupakan pelanggaran hukum internasional.

Prancis mengatakan pihaknya akan bekerja keras untuk memastikan kepulangan segera enam warga negaranya yang berada di atas kapal. Presiden Emmanuel Macron meminta agar mereka diizinkan kembali ke Prancis sesegera mungkin.

Sementara itu, Organisasi Arab untuk Hak Asasi Manusia di Inggris (AOHRB) mengatakan dalam pernyataan resmi bahwa mereka akan meminta pertanggungjawaban Israel atas nasib mereka yang berada di kapal Madleen.

AOHRB menyatakan kekhawatirannya atas keselamatan mereka. Organisasi ini juga mendesak tindakan internasional untuk pembebasannya agar nasib mereka tidak berakhir sama dengan sembilan warga negara Turki yang tewas di atas armada Mavi Marmara, pada 2010.

Komentar