Jaga Pasokan Daging dan Buka Lapangan Kerja, Kebijakan Menko Zulhas Dipuji Pengusaha Sapi

Jaga Pasokan Daging dan Buka Lapangan Kerja, Kebijakan Menko Zulhas Dipuji Pengusaha Sapi


Pengusaha sapi potong berterima kasih kepada pemerintah, khususnya Menko Pangan Zulkifli Hasan yang membuka pintu selebarnya bagi masuknya sapi hidup impor ke Indonesia. Tidak dibatasi kuota.

Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Djoni Liano mengatakan, dihapusnya pembatasan impor sapi hidup, efektif dalam mengurangi defisit di dalam negeri.

“Dengan mendatangkan banyak sapi hidup impor ke dalam negeri, bisa makin memberdayakan sumber daya, petani, maupun feedlotter lokal,” kata Djoni, Jakarta, dikutip Jumat (20/6/2025).

Selain itu, lanjut Djoni, importasi sapi hidup, menyerap tenaga kerja yang relatif banyak. Perkiraannya, setiap impor 1.000 ekor sapi hidup, menyerap 33 tenaga kerja. “Saya mendukung kebijakan Pak Menko Pangan memprioritaskan impor sapi bakalan hidup untuk mengisi defisit,” ujar Djoni.

Dalam hal ini, lanjut Djoni, pemerintah sangat paham bahwa importasi sapi hidup justru ada efek dominonya bagi peternak serta pelaku bisnis lainnya. Tentu saja melibatkan peternak lokal’

“Impor sapi bakalan (hidup), adalah importir sekaligus produsen, bukan trading. Artinya, sapi datang, kemudian digemukkan selama dua sampai tiga bulan dengan memanfaatkan sumber daya lokal, seperti pakan hijauan yang bekerja sama dengan petani sekitar, feedlotter dan menyerap tenaga kerja relatif banyak,” tambahnya.

Tahun lalu, kata Djoni, impor sapi bakalan yang masuk ke Indonesia, mencapai 700 ribu ekor. Sapi-sapi hidup itu, diserap oleh 42 perusahaan penggemukan sapi yang tersebar di Sumatra dan Jawa.

Tentunya, lanjut Djoni, pemerintah telah menghitung prognosa supply dan demand pada tahun ini. Berdasarkan perhitungan tersebut, dibutuhkan daging sapi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi reguler masyarakat dan kebutuhan MBG, sebanyak 836 ribu ton. Sedangkan, produksi lokal hanya mampu memenuhi 45 persennya.

“Untuk memenuhi konsumsi reguler masyarakat plus kebutuhan MBG (Makan Bergizi Gratis), (kebutuhan daging sapi) sebesar 836 ribu ton. Produksi lokal hanya mampu menyediakan 45 persen, atau sekitar 380 ribu ton. Artinya, masih ada defisit 55 persen, atau 456 ribu ton,” jelasnya.

Sebelumnya, Menko Zulhas menyatakan, pemerintah tidak membatasi kuota impor sapi hidup. Demi menjamin ketersediaan pasokan daging hingga susu serta memperkuat ketahanan pangan nasional.

Dia mengatakan, pengimpor bisa melakukan impor sapi hidup tanpa batasan untuk berbagai tujuan, mulai dari penggemukan, pemotongan, hingga produksi susu guna mendukung industri peternakan dan kebutuhan konsumsi masyarakat.

“Ya sekarang kan kita buka lebar. Impor sapi yang hidup, impor sapi yang hidup baik untuk potong, penggemukan maupun untuk susu. Sekarang kan bebas, kita bebaskan,” kata Menko Zulhas saat peringatan Hari Susu Nusantara 2025 di Jakarta, Minggu (15/6/2025).

Kebijakan tanpa kuota ini, kata dia, memberi peluang bagi industri pengolahan susu nasional untuk meningkatkan volume produksi dan kualitas pasokan, sekaligus memperkuat rantai pasok dari hulu ke hilir.

“Nggak ada kuota-kuota lagi, nggak ada. Jadi sapi hidup, apakah untuk digemukkan, apakah untuk susu. Sekarang nggak ada kuota, bebas, bebas,” tambah Menko Zulhas.

 

Komentar