Jejak Indonesia di Grand Slam Wimbledon, Pernah Rasakan Perempat Final-Semifinal!

Jejak Indonesia di Grand Slam Wimbledon, Pernah Rasakan Perempat Final-Semifinal!


Grand Slam Wimbledon bukan sekadar turnamen tenis, All England Club merupakan simbol tradisi, elegansi, dan salah satu seleksi alam paling ketat dalam dunia tenis. Tidak semua petenis, apalagi dari Asia Tenggara, mampu menembusnya. Namun, Indonesia pernah beberapa kali menorehkan nama.

Diawali pada 1971, dua perempuan Indonesia melangkah di rumput Wimbledon. Mereka adalah Lita Liem Sugiarto dan Lany Kaligis.

Di sektor ganda putri, Lita dan Lany mampu mencapai perempat final Wimbledon. Tahun berikutnya, Lita bahkan menembus putaran ketiga tunggal putri, rekor yang baru bisa disamai beberapa dekade kemudian.

Hampir dua puluh tahun berselang dari pencapaian Lita dan Lany, Indonesia kembali berjaya di lapangan rumput Wimbledon lewat Nany Rahayu Basuki, atau yang lebih familiar dengan sapaan akrab Yayuk Basuki.

Petenis asal Yogyakarta itu mampu menembus perempat final tunggal putri Wimbledon pada tahun 1997, sebuah pencapaian yang hingga kini belum bisa disamai oleh petenis Asia Tenggara lainnya.

Ia menjadi semacam “The Smiling Assassin” dari Timur. Tidak dengan teriakan keras, tapi dengan pukulan terukur dan mimik tenang. Seperti kenanga yang tampak tenang namun kuat bertahan di panas dan hujan tropis, Yayuk menghadapi tekanan dengan keanggunan kelas wahid.

Memasuk era 2000-an, harapan Indonesia kembali tumbuh. Angelique Widjaja, yang akrab disapa Angie, berhasil menjuarai Wimbledon Junior 2001. Kemenangan itu menjadikannya sorotan dunia tenis.

Meski kemudian cedera dan tekanan membuat langkah Angie terganjal, ia tetap mencatatkan hasil mengesankan di Wimbledon: dua kali mencapai babak kedua tunggal, dan dua kali pula perempat final ganda putri pada 2003 dan 2004.

Pada saat bersamaan, Wynne Prakusya juga konsisten tampil. Ia sempat melaju hingga babak ketiga ganda putri dan juga membela Indonesia pada Olimpiade 2004 Athena.

Hari ini, satu nama masih terus menjaga kehadiran Indonesia di Wimbledon: Aldila Sutjiadi. Sejak 2022, Aldila rutin tampil di kompetisi level Grand Slam. Wimbledon menjadi salah satu panggung terbaiknya.

Pada 2023, Aldila mencetak sejarah saat menembus semifinal ganda campuran, prestasi tertinggi Indonesia di nomor itu sepanjang masa. Bersama Matwe Middelkoop, ia mengalahkan pasangan-pasangan unggulan dan menunjukkan bahwa petenis Indonesia tak hanya hadir untuk melengkapi undian.

Di sektor ganda putri, Aldila juga dua kali menembus babak ketiga (2023 dan 2024). Gaya mainnya tak meledak-ledak, tapi cerdas dan sabar. Ia bukan kenanga yang mencolok warna atau bentuknya, tapi harumnya tidak mudah dilupakan.

Tahun ini, Aldila akan bermain di nomor ganda putri. Berpasangan dengan petenis Jepang, Eri Huzumi, Dila akan berusaha melangkah lebih jauh pada petualangan teranyarnya di Inggris.

Komentar