Kapal Bantuan Freedom Flotilla Hilang Kontak di Perairan Gaza, Diduga Dicegat Israel

Kapal Bantuan Freedom Flotilla Hilang Kontak di Perairan Gaza, Diduga Dicegat Israel

Ikhsan Medium.jpeg

Jumat, 25 Juli 2025 – 13:57 WIB

Kapal Handala, pembawa bantuan kemanusiaan dari Freedom Flotilla Coalition (FFC), sesaat sebelum berangkat menuju Gaza dari Sirakusa, Italia, Minggu (13/7/2025). (Foto: SIPA/F Hamard)

Kapal Handala, pembawa bantuan kemanusiaan dari Freedom Flotilla Coalition (FFC), sesaat sebelum berangkat menuju Gaza dari Sirakusa, Italia, Minggu (13/7/2025). (Foto: SIPA/F Hamard)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Kabar mengkhawatirkan datang dari perairan Gaza. Kapal Handala, pembawa bantuan kemanusiaan dari Freedom Flotilla Coalition (FFC), dilaporkan hilang kontak. Dugaan kuat, kapal tersebut dicegat oleh pasukan Israel saat berupaya menembus blokade.

“Semua komunikasi dengan awak kapal Handala telah terganggu,” demikian pernyataan FFC melalui saluran resmi Telegram mereka, Kamis (25/7/2025).

Koalisi itu menambahkan, “Kami kehilangan semua kontak dengan awak kami, dan terdapat beberapa drone yang berada di dekat kapal yang berarti kemungkinan mereka telah dicegat atau diserang.”

FFC pun mendesak para pendukungnya untuk menekan agar kru Handala selamat. Mereka juga meminta masyarakat untuk menghubungi perwakilan dan media lokal guna mendesak Israel membebaskan kapal tersebut dan menjamin perjalanan aman ke Gaza.

Belum ada rincian lebih lanjut mengenai lokasi pasti Handala, kondisi kru, atau konfirmasi resmi dari pihak Israel.

Insiden ini bukan yang pertama kali. Sebelumnya, pada 2 Mei lalu, kapal MV Conscience milik FFC juga diserang drone di perairan internasional dekat Malta. Serangan itu menyebabkan kebakaran dan kerusakan struktural.

Pada 9 Juni, Israel mencegat kapal bantuan lain, Madlene, di perairan internasional lepas pantai Gaza. Dua belas aktivis internasional, termasuk aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg dan anggota Parlemen Eropa asal Prancis Rima Hassan, ditahan dan dideportasi dengan syarat tak kembali lagi.

Sejak Oktober 2023, agresi Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 59.500 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak. Kampanye militer ini tak hanya menghancurkan wilayah kantong tersebut, tetapi juga melumpuhkan sistem kesehatan dan memicu krisis pangan parah.

November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).
 

Topik
Komentar

Komentar