Kena Ancaman Trump, Eropa Gelar Pertemuan Darurat!

Kena Ancaman Trump, Eropa Gelar Pertemuan Darurat!

Suasana di Brussel, Belgia, mendadak panas. Para menteri Uni Eropa (UE) langsung tancap gas menggelar pertemuan darurat pada Senin (14/7/2025). Agendanya cuma satu: merumuskan strategi jitu untuk menghadapi Amerika Serikat (AS) di meja perundingan perdagangan. Ini bukan obrolan biasa, ada ancaman besar yang melayang.

Mengutip Reuters, pemicunya tak lain tak bukan adalah Donald Trump. Presiden AS itu, dengan gayanya yang khas, melempar ancaman telak ke blok Benua Biru: tarif 30 persen jika kesepakatan dagang tak tercapai paling lambat 1 Agustus 2025.

Trump menuding Eropa sudah berkali-kali main curang dalam praktik perdagangan dengan Negeri Paman Sam. Tuduhan serius yang butuh respons tak kalah serius.

Eropa Ngotot Damai, tapi Siap Balas!

Meski diancam, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen tetap bersikeras bahwa UE masih ingin mencapai kesepakatan. Bahkan, pada Minggu (13/7/2025), ia menunjukkan ‘niat baik’ dengan menunda pembalasan atas tarif terpisah AS untuk baja dan aluminium. Sebuah gestur yang diharapkan bisa meredakan tensi.

“Kami selalu sangat jelas bahwa kami lebih menyukai solusi yang dinegosiasikan,” kata von der Leyen, yang memang jadi juru bicara urusan perdagangan atas nama 27 negara anggota UE. Jelas, Eropa tak ingin perang dagang pecah.

Langkah von der Leyen ini memicu secercah harapan. Banyak yang berharap ancaman terbaru Trump tidak sampai menggagalkan kemajuan yang sudah susah payah dicapai dalam negosiasi antara Brussel dan Washington.

Namun, di balik itu, para pejabat UE juga menegaskan bahwa blok ini sudah siap membalas jika memang terpaksa. Mereka punya pandangan yang jernih: damai itu perlu, tapi kepentingan tak bisa ditawar.

Ancaman Trump ini sejatinya bukan yang pertama. Sebelumnya, pada Mei lalu, UE juga sudah mengancam akan mengenakan tarif pada barang-barang AS senilai sekitar 100 miliar euro (setara Rp1.897 triliun!), termasuk mobil dan pesawat, jika perundingan gagal.

Meski begitu, seorang diplomat membisikkan bahwa daftar akhir yang disepakati kemungkinan bernilai 72 miliar euro (sekitar Rp1.366 triliun). Angka yang tetap bikin AS pening.

Sejak kembali menjabat pada Januari, Trump memang dikenal sebagai ‘tukang gebrak’. Ia memberlakukan tarif ketat terhadap siapa saja, baik sekutu maupun pesaing. Kebijakannya ini acap kali mengguncang pasar keuangan global dan memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dunia.

Namun, di sisi lain, pemerintahannya juga berada di bawah tekanan besar untuk mengamankan kesepakatan dengan mitra dagang, setelah sesumbar akan menciptakan serangkaian pakta. Sejauh ini, pejabat AS baru mengumumkan dua pakta: dengan Inggris dan Vietnam.

Selebihnya, hanya tarif balasan yang lebih rendah dengan China. Ini menunjukkan Trump juga butuh hasil nyata, bukan cuma ancaman.

Pertahankan Kepentingan Eropa Mati-matian

Di internal UE, negara-negara anggota berusaha keras untuk tetap satu suara tentang seberapa kuat langkah yang harus diambil untuk mencapai kesepakatan dengan Washington.

Sebelumnya, Brussel sudah bersiap mengenakan bea masuk atas barang-barang AS senilai sekitar 21 miliar euro, sebagai balasan atas pungutan yang diberlakukan Trump pada impor logam awal tahun ini.

Tapi, pada April, UE mengumumkan bahwa mereka menunda langkah-langkah tersebut. Tujuannya jelas: memberi ruang untuk kesepakatan perdagangan yang lebih luas. Sebuah strategi tarik ulur yang penuh perhitungan.

Dari Prancis, Presiden Emmanuel Macron pada Sabtu (12/7/2025) lalu mendesak komisi von der Leyen untuk ‘dengan tegas membela kepentingan Eropa’. Ia juga mendesak blok yang berpusat di Brussel itu untuk meningkatkan persiapan tindakan balasan. Sebuah pesan keras dari salah satu pemimpin paling berpengaruh di Eropa.

Kanselir Jerman Friedrich Merz pun setuju. Ia mengaku sudah berbicara dengan Macron, Trump, dan von der Leyen dalam beberapa hari terakhir. Ia berjanji akan ‘berinteraksi secara intensif’ untuk mencari solusi terbaik.

Sementara itu, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni memperingatkan pada hari Minggu, bahwa ‘perang dagang di Barat’ hanya akan melemahkan semua pihak. Sebuah peringatan yang logis dan patut didengar.

Apakah diplomasi akan menang, ataukah ancaman tarif akan jadi kenyataan? Pertarungan dagang antara dua raksasa ekonomi ini akan sangat menentukan stabilitas pasar global ke depan.

Komentar