Setelah menuai polemik dan viral, Bupati Pati Sudewo akhirnya memutuskan membatalkan rencana kenaikan pajak bumi dan bangunan (PBB) sebesar 250 persen. Pembatalan ini diharapkan bisa membuat situasi menjadi kondusif.
“Saya ingin menyampaikan bahwa mencermati perkembangan situasi dan kondisi, juga mengakomodir aspirasi yang berkembang. Saya memutuskan kebijakan kenaikan PBB P2, saya batalkan,” kata dia di Pendopo Kabupaten Pati, Jumat (8/8/2025)
Sudewo menjelaskan bahwa keputusan pembatalan ini tidak hanya bersifat populis, tetapi juga strategis. Menurutnya, menjaga stabilitas dan kondusivitas wilayah adalah prioritas utama untuk memastikan roda perekonomian dan pembangunan di Kabupaten Pati dapat berjalan lancar tanpa hambatan sosial.
“Pembatalan ini untuk menciptakan situasi aman dan kondusif sekaligus dalam rangka memperlancar perekonomian dan pembangunan Kabupaten Pati,” kata Bupati Pati Sudewo.
Dengan dibatalkannya kebijakan tersebut, masyarakat Pati kini dia sebut bisa bernapas lega. Tapi harapan Sudewo bertepuk sebelah tangan. Warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pati Bersatu tetap akan menggelar aksi unjuk rasa pada 13 Agustus.
”Kalau PBB-P2 tidak jadi naik, yang dituntut mereka apa. Ini tidak hanya turun tapi nol,” ujar Sudewo menanggpi aksi demo akan tetap digelar.
Secara terpisah, Koordinator lapangan Aliansi Masyarakat Pati Bersatu, Teguh Istiyanto mengatakan aksi ini dilandasi rasa sakit hati warga dengan sikap arogan Sudewo dan anak buahnya beberapa waktu lalu.
”Kita tetap demo. Tanggal 13 positif demo. tuntutannya kemarin kan menurunkan PBB dan pajak PKL dan menuntut agar pejabat tidak arogan. Tapi perkembangan terakhir itu kan menanggapi arogansi Pak Sudewo itu kan kita sakit hati,” ujar Teguh di posko donasi sekitar Alun-alun Pati, Jumat (8/8/2025).
Teguh mengklaim, masyarakat Pati sudah tidak mau dipimpin oleh Sudewo, dan sudah sepatutnya untuk didorong agar Sudewo mundur dari jabatannya.
”Kita tidak mau dipimpin oleh orang yang punya sifat itu. Tuntutannya ya otomatis kita ingin bupati Pati diganti karena kita sudah dibikin sakit hati. Sakit hati itu sangat mahal sekali. Mau dibayar dengan pajak turun itu tidak bisa mengobati sakit hati,” tegas dia.