Ilustrasi suasana saat live music (Foto: Freepik)
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com
Fenomena ludesnya tiket konser musik dalam hitungan menit di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu memantik tanda tanya besar. Benarkah, ekonomi Indonesia baik-baik saja, atau memang rakyatnya haus akan hiburan sebagai bentuk pelarian?
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengungkapkan tren tingginya konsumsi hiburan bukan pertanda ekonomi masyarakat membaik.
Justru, jadi cerminan dari tekanan mental dan ketidakpastian ekonomi yang dihadapi terutama oleh kelas menengah.
“Justru jasa hiburan seperti konser musik dinikmati karena masyarakat sedang tertekan secara mental. Banyak yang melampiaskan kondisi ketidakpastian ekonomi, khususnya kelas menengah ke hiburan. Sebagian lagi karena FOMO, akhirnya hanya ikut tren, bahkan sampai beli tiket dibantu pinjol,” kata Bhima kepada Inilah.com, Jakarta, Jumat (11/7/2025).
Apakah Kamu FOMO?
FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out, yang artinya rasa takut ketinggalan atau takut melewatkan sesuatu.
Biasanya, FOMO muncul ketika seseorang merasa cemas atau gelisah karena melihat orang lain melakukan kegiatan seru, mendapatkan pengalaman menarik, atau mengikuti tren tertentu, sementara dia tidak ikut atau tidak tahu tentang hal itu.
Misalnya, saat kamu melihat teman-temanmu asyik di acara konser atau pesta lewat media sosial, lalu kamu merasa ingin sekali ikut supaya tidak ketinggalan momen seru tersebut.
FOMO sering terjadi terutama di era media sosial, karena masyarakat bisa terus-menerus melihat update dan aktivitas orang lain secara real-time.
Musik Jadi Media Ekspresi
Bhima menambahkan musik saat ini juga menjadi media ekspresi atas keresahan ekonomi yang dialami anak-anak muda.
Banyak lagu-lagu yang populer saat ini mengangkat tema soal sulitnya mencari kerja dan beratnya tekanan hidup yang mereka hadapi.
Tak jarang pula, panggung musik menjadi medium untuk menyuarakan kegelisahan mereka terhadap peristiwa politik nasional maupun global. Termasuk untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
“Dari sisi musik, banyak beredar lagu dengan tema kritik terhadap kondisi anak muda yang susah cari kerja. Jadi musiknya juga cerminan kegelisahan ekonomi,” ujarnya.
Seperti dilansir Healthline, musik disebut memiliki kekuatan untuk meningkatkan dan menstabilkan kesehatan fisik, mental, serta emosi seseorang.
Sementara menurut Very Well, musik tidak hanya sekadar menginspirasi dan menghibur saja, tetapi punya efek psikologis yang berpotensi mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Dengan kata lain, musik bisa membantu seseorang meningkatkan dan menstabilkan kesehatan mental. Rasa bahagia, motivasi, dan ketenangan bisa didapatkan ketika mendengarkan musik.