Korsel Dilanda Gelombang Panas Ekstrem, Fenomena tak Lazim Muncul

Korsel Dilanda Gelombang Panas Ekstrem, Fenomena tak Lazim Muncul


Gelombang panas ekstrem melanda Korea Selatan (Korsel), memicu fenomena tak biasa yang mengejutkan warga. Suhu yang mencapai 35,8 derajat Celsius tidak hanya meningkatkan angka kematian dan kerugian peternakan, tetapi juga membuat tanaman subtropis seperti pisang dan labu tumbuh subur di luar habitat normalnya.

Biasanya, pisang hanya dapat tumbuh di Korsel dalam kondisi rumah kaca yang terkontrol, mengingat tanaman ini lazim ditemukan di kawasan Asia Tenggara atau Pasifik Selatan. Namun, laporan dari News 1 yang dikutip The Korea Herald pada Sabtu (2/8/2025) menunjukkan pemandangan berbeda di Chungsoo Weekend Farm, Nowon, Seoul. 

Pohon-pohon pisang kini menjulang lebih tinggi dari rata-rata orang dewasa, lengkap dengan tiga tandan buah di bawah daunnya, tumbuh di area terbuka.

Fenomena serupa juga terjadi di Pulau Jeju. Pemilik Kebun Bollesom di pulau tersebut mengungkapkan bahwa labu-labu di kebunnya tumbuh matang di pohon akibat cuaca panas. Bahkan, bagian dalam labu menunjukkan tanda-tanda kematangan yang tak biasa.

post-cover

Menurut pemilik kebun, kejadian ini pernah terjadi sebelumnya, namun dampaknya baru kali ini mencapai 30 persen dari keseluruhan panen.

Korsel memang telah dilanda suhu panas ekstrem selama beberapa waktu terakhir. Seoul, ibu kota negara itu, mengalami 22 malam berturut-turut dengan suhu di atas 25 derajat Celsius. Bahkan, mengutip Channel News Asia, Juli mencatat malam terpanas pada Rabu lalu, dengan suhu terendah mencapai 29,3 derajat Celsius.

Kantor meteorologi setempat memperkirakan kondisi ini akan terus berlanjut di Seoul. Youn Ki-han dari Divisi Prakiraan Meteorologi Seoul menjelaskan bahwa udara hangat dari North Pacific High berdampak lebih awal di Korsel, menyebabkan panas terakumulasi.

“Ketika kondisi hangat terjadi selama beberapa hari, panas tidak sepenuhnya hilang. Ini akan bertahan dan terakumulasi setiap harinya,” terang Youn.

Berbeda dengan gelombang panas sesaat yang dapat kembali normal dengan cepat, akumulasi panas ini membuat dampak terasa lebih parah dan berkepanjangan.

Dampak gelombang panas ekstrem ini tidak hanya pada flora. Sebanyak 13 orang dilaporkan meninggal dunia, tiga kali lipat dari periode yang sama tahun lalu. Selain itu, ratusan ribu ternak juga dilaporkan mati akibat cuaca yang mematikan ini.

Otoritas setempat terus mengimbau masyarakat untuk mengambil langkah pencegahan dan menjaga kesehatan di tengah cuaca ekstrem.

 

Komentar