Laut Kian Asam, Alarm Bahaya bagi Ekosistem!

Laut Kian Asam, Alarm Bahaya bagi Ekosistem!


Kabar buruk datang dari lautan! Sebuah studi global terbaru mengguncang dunia ilmiah, memperingatkan bahwa keasaman laut telah melewati batas aman, menempatkan seluruh ekosistem laut dalam bahaya parah. Para ilmuwan menyatakan lautan dunia telah melampaui ambang kritis pengasaman, mengancam serius kehidupan laut global.

Studi baru ini menegaskan bahwa pengasaman laut, yang dipicu meningkatnya kadar karbon dioksida (CO₂), telah melanggar batas. Ini menyoroti krisis pengasaman laut, yang menurut para ahli dapat memiliki konsekuensi bencana bagi keanekaragaman hayati dan ekonomi pesisir.

Pengasaman laut, yang sering disebut sebagai ‘kembaran jahat’ krisis iklim, terjadi ketika CO₂ diserap air laut, menyebabkan penurunan tingkat pH. Proses ini mengganggu kimiawi laut dan membahayakan spesies laut yang bergantung pada kalsium karbonat untuk membangun cangkang dan kerangka mereka.

Kehidupan Bawah Laut Kian Tercekik

Studi terbaru oleh peneliti Inggris dan AS menemukan bahwa batas planet untuk pengasaman laut telah dilampaui sekitar tahun 2015. Menggunakan data 150 tahun dan pemodelan canggih, mereka mengungkapkan bahwa pada tahun 2020, kondisi laut global sudah melewati ambang batas keamanan, yang didefinisikan sebagai penurunan 20% kadar kalsium karbonat. Bahkan pada kedalaman 200 meter, 60% perairan telah melampaui batas ini.

“Pengasaman laut bukan hanya krisis lingkungan, ini adalah bom waktu bagi ekosistem laut dan ekonomi pesisir,” tegas Prof. Steve Widdicombe dari PML dan co-chair Global Ocean Acidification Observing Network, mengutip The Guardian.

Para penulis studi juga memperingatkan bahwa dampak pengasaman terhadap terumbu karang dan spesies laut pembentuk cangkang kemungkinan jauh lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya, terutama di perairan yang lebih dalam, tempat sebagian besar kehidupan laut berada.

“Sebagian besar kehidupan laut tidak hanya hidup di permukaan,” kata Prof. Helen Findlay dari PML. “Perairan di bawah adalah rumah bagi lebih banyak jenis tumbuhan dan hewan. Karena perairan yang lebih dalam ini sangat banyak berubah, dampak pengasaman laut bisa jauh lebih buruk dari yang kita kira.”

Spesies laut kunci seperti karang, moluska, tiram, kerang, dan sea butterflies menunjukkan tanda-tanda stres pengasaman: cangkang yang lebih tipis, pertumbuhan terhambat, dan reproduksi yang berkurang. Sebagai spesies dasar, penurunan mereka membahayakan seluruh rantai makanan dan kesehatan laut. Hilangnya sistem terumbu karang, baik di perairan tropis maupun laut dalam, juga mengancam habitat penting, perikanan, dan mata pencarian masyarakat pesisir.

Waktu Kritis, Butuh Aksi Nyata Sekarang!

Para peneliti menekankan bahwa untuk membalikkan pengasaman laut, pemotongan emisi karbon dioksida secara drastis sangat diperlukan. Namun, mereka juga menyerukan upaya konservasi lokal yang mendesak, menargetkan ekosistem dan spesies yang paling rentan.

Jessie Turner, Direktur International Alliance to Combat Ocean Acidification, menyebut temuan ini sebagai panggilan untuk bangkit. “Kita kehabisan waktu, dan apa yang kita lakukan, atau gagal kita lakukan, sekarang sudah menentukan masa depan kita,” ia memperingatkan.

Ia menambahkan, “Kita sedang menghadapi ancaman eksistensial sambil bergulat dengan kenyataan sulit bahwa sebagian besar habitat yang sesuai untuk spesies-spesies kunci telah hilang. Jelas bahwa pemerintah tidak bisa lagi mengabaikan pengasaman dalam agenda kebijakan utama.”

Dengan data terbaru ini, efek perubahan iklim pada laut kini harus mencakup pengasaman laut sebagai perhatian utama, tidak hanya bagi ilmuwan dan pemerhati lingkungan, tetapi juga bagi para pembuat kebijakan global dan ekonomi secara keseluruhan. Alarm sudah berbunyi keras, kini saatnya bertindak, atau lautan kita akan kehilangan napasnya.

Komentar