Pemerintah bersiap memanfaatkan momentum liburan sekolah sebagai pengungkit pergerakan ekonomi nasional. Lewat skema stimulus bernilai total Rp24,44 triliun, kebijakan ini diharapkan dapat menggenjot perjalanan wisatawan Nusantara ke berbagai destinasi dalam negeri selama Juni–Juli 2025.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Widiyanti Putri Wardhana, menyatakan bahwa momen libur sekolah menjadi salah satu titik puncak pergerakan wisata domestik, selain Lebaran dan akhir tahun.
“Libur sekolah menjadi salah satu momen yang ditunggu oleh pelaku usaha pariwisata dalam meningkatkan penjualan,” ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (4/6/2025).
Diskon Transportasi dan Tol Didorong Serempak
Dari total anggaran stimulus, pemerintah mengalokasikan dana Rp940 miliar khusus untuk diskon layanan transportasi. Ini termasuk:
- Diskon tiket kereta api sebesar 30 persen untuk 2,8 juta penumpang.
- Diskon tiket pesawat kelas ekonomi sebesar 6 persen.
- Diskon tarif angkutan laut hingga 50 persen.
Tak hanya itu, potongan tarif jalan tol sebesar 20 persen juga disiapkan untuk sekitar 110 juta pengguna kendaraan pribadi, dengan nilai anggaran mencapai Rp650 miliar.
Langkah ini bertujuan mempercepat pencapaian target 1,08 miliar perjalanan wisatawan Nusantara tahun ini.
Kolaborasi dengan Daerah dan Industri Wisata
Kementerian Pariwisata juga menggandeng pemerintah daerah untuk menyelenggarakan 31 event lokal yang masuk dalam program Karisma Event Nusantara, sebagai pemicu aktivitas wisata di daerah.
“Kombinasi antara diskon transportasi dan event lokal diharapkan mampu menciptakan pergerakan ekonomi di berbagai wilayah,” kata Widiyanti.
Kampanye nasional #DiIndonesiaAja kembali digaungkan, dengan penawaran diskon tambahan sebesar 10 persen dari pelaku industri untuk paket liburan sekolah, khususnya yang menyasar desa wisata dan objek wisata unggulan daerah.
Tantangan dan Harapan
Di tengah tekanan global terhadap sektor pariwisata, pemerintah menaruh harapan besar pada konsumsi domestik sebagai pendorong pertumbuhan PDB kuartal II tahun ini. Stimulus ini dinilai sebagai upaya konkret pemerintah memanfaatkan daya beli masyarakat sekaligus menghidupkan kembali sektor pariwisata yang sempat tertekan.
Widiyanti menekankan pentingnya sinergi antara pusat dan daerah, serta kesiapan sektor transportasi dan akomodasi menyambut lonjakan kunjungan.
“Dampaknya diharapkan tidak hanya pada jumlah kunjungan, tapi juga pada perputaran ekonomi lokal secara langsung,” ujarnya.