Pesawat terbang bukan lagi sekadar besi yang mengudara. Di tangan dingin seniman digital Erika Richardo, Boeing 737-800NG milik Garuda Indonesia kini menjadi kanvas raksasa yang melukiskan keindahan Nusantara.
Kolaborasi ini tak hanya merayakan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, tapi juga menjadi saksi bisu betapa gemilangnya kreasi anak bangsa.
Tepat 17 Agustus 2025, lukisan itu resmi diluncurkan. Di badan pesawat, Erika menghidupkan karakter ‘Dedare’ —bahasa Sasak untuk gadis— yang mengenakan pakaian adat Lombok. Sebuah simbol persatuan dan kekayaan budaya Indonesia yang kini melintas gagah di langit.
“Rasanya luar biasa, mimpi yang akhirnya terwujud,” ujar Erika, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya.

Dedikasi dan Pesan Seni di Udara
Di hanggar, dengan ketelitian tingkat tinggi, Erika dan tim menuangkan ide. Bukan cuma figur Dedare, ada juga karakter dari suku Bali, Jawa, dan Papua yang ia satukan dalam sebuah karya.
Erika menyebutnya ‘Connecting People’.
Kolaborasi ini lebih dari sekadar pemanis visual. Ia adalah apresiasi Garuda terhadap kreativitas generasi muda. Lewat karya Erika, Garuda ingin menyampaikan pesan bahwa seni dan budaya Indonesia layak dikenal lebih luas, bahkan hingga ke udara.

Erika Richardo: Bukan Seniman Biasa
Lahir di Jakarta, 2 Juni 2002, Erika bukanlah nama baru. Jutaan pengikut di Instagram, TikTok, dan YouTube adalah bukti betapa besar pengaruhnya.
Ia dikenal dengan gayanya yang unik, melukis di media tak biasa: wajan, gaun, bahkan mobil mewah. Prestasi pun berdatangan. Mulai dari Rising Star of The Year (2022) hingga Creator of The Year (2024) di TikTok Awards Indonesia.
Namun, Erika tak berhenti di situ.
Ia mendirikan Rumah Lukis Indonesia, wadah nirlaba yang menyediakan fasilitas melukis bagi anak-anak dan komunitas marjinal. Sebuah bukti nyata bahwa baginya, seni harus bisa dinikmati siapa saja.
Pesawat Garuda dengan lukisan Erika kini menjadi simbol baru. Ia bukan lagi sekadar alat transportasi, melainkan medium yang membawa semangat kebanggaan nasional dan kekayaan budaya. Proyek ini juga membuktikan, batasan kreativitas itu tak ada. Selama ada kemauan, setiap media bisa menjadi kanvas untuk berkarya bagi negeri.