“Make Pertamina Great Again”

“Make Pertamina Great Again”

WhatsApp Image 2025-07-25 at 13.56.55.jpeg

Jumat, 25 Juli 2025 – 15:00 WIB

Ilustrasi. (Desain: inilah.com/inu)

Ilustrasi. (Desain: inilah.com/inu)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Mekanisme pelibatan swasta harus dirinci: insentif fiskal untuk investasi EOR, skema revenue-sharing yang transparan, serta platform real-time monitoring guna mencegah korupsi pengadaan.

Percakapan visioner dengan Dirut Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, dengan Dirut Pertamina Hulu Energi, Awang Lazuardi, serta direksi dan corporate secretary-nya, ditambah pertemuan intens dengan sesama komisaris di PHE dan pimpinan subholding, memberi saya inspirasi satu mantra: Make Pertamina Great Again!

Pada dekade 1970-an, nama Pertamina disegani dunia. Ia berdiri sebagai simbol keberanian sebuah negara berkembang yang tak hanya bermimpi besar, tapi juga sempat mencapainya. Di bawah kepemimpinan Ibnu Sutowo, era Orde Baru, produksi minyak Pertamina menembus angka 1,2 juta barel per hari. Ini jauh melampaui kebutuhan domestik. Indonesia kala itu bukan hanya swasembada energi, tetapi juga eksportir utama minyak mentah.

Namun waktu berubah. Produksi merosot hingga tinggal sekitar 600 ribu barel per hari. Sering muncul pula berita negatif: bayang-bayang mafia impor, korupsi dalam pengadaan, serta beban utang yang membengkak pada era 1990-an hingga awal 2000-an – bahkan menjadi salah satu pemicu krisis ekonomi 1998. 

Lebih menyakitkan, Petronas – perusahaan minyak Malaysia yang dahulu berguru pada Pertamina – telah menjelma menjadi raksasa global dengan struktur korporasi yang ramping, transparan, dan modern. Sementara Pertamina terseok oleh politik internal dan birokrasi.

Agenda Strategis: Produksi, Swasta, dan Ekosistem Berkeadilan

Pada 24 Juli 2025, saya selaku Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi (PHE) bertemu dengan Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri. Percakapan singkat namun sarat visi strategis itu melahirkan kesepahaman kuat: membuat Pertamina bangkit. Bukan sekadar slogan, tapi komitmen kerja nyata dengan program, kerangka waktu, metrik evaluasi, dan semangat kolaboratif.

Green Refinery di Kilang Cilacap.(Foto-Kilang Pertamina Internasional)

Kami membahas tiga agenda utama:

Target Produksi 1 Juta Barel per Hari
Dengan dukungan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR), eksplorasi aktif, percepatan perizinan, dan sinergi dengan SKK Migas, target ini realistis dan bisa dicapai.

Keterlibatan Swasta Seluas Mungkin
Negara tak bisa berjalan sendiri. Diperlukan energi kewirausahaan, inovasi teknologi, dan efisiensi biaya dari sektor swasta, namun tetap dalam koridor pengawasan, transparansi, dan keberpihakan pada kepentingan nasional.

Ekosistem Energi yang Berkeadilan
Kebangkitan energi harus menyentuh keadilan sosial. Masyarakat dan daerah penghasil perlu diberdayakan melalui program CSR yang menjangkau pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan ekonomi lokal. Misalnya, inisiatif “Pertamina Peduli Budaya” mendukung festival budaya tahunan yang merangkul film, musik, dan sastra.

Mekanisme, Inovasi, dan Budaya: Kunci Kemandirian Energi

Kemandirian energi bukan sekadar soal produksi, tetapi mandat peradaban. Pertamina harus tumbuh sebagai gerakan nasional, simbol kedaulatan bangsa. Selain meningkatkan produksi minyak, Pertamina perlu berani bergerak ke energi terbarukan dan teknologi hijau. Investasi strategis dalam energi bersih seperti biofuel, geothermal, dan energi surya akan mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil sekaligus menempatkan Indonesia sebagai pionir energi berkelanjutan di Asia Tenggara.

Kita juga dapat membangun Pertamina Energy Innovation Hub, ekosistem riset yang menggabungkan akademisi, startup energi, dan industri. Mekanisme pelibatan swasta harus dirinci: insentif fiskal untuk investasi EOR, skema revenue-sharing yang transparan, serta platform real-time monitoring guna mencegah korupsi pengadaan.

Di birokrasi, diperlukan fast-track policy untuk simplifikasi izin migas menjadi izin terpadu, dipayungi Undang-Undang khusus yang melindungi reformasi dari fluktuasi politik.

Keterkaitan budaya dan energi dapat diperkuat melalui narasi bahwa festival budaya bukan sekadar CSR, melainkan investasi sosial membangun national identity.

Keberhasilan slogan ini bergantung pada kerja bersama: pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta dan komunitas, insan teknis dan pelaku budaya, bergerak dalam satu semangat: merah putih.

Topik
Komentar

Komentar