Menabung Emas: Tradisi Lama, Gaya Baru Milenial dan Gen Z

Menabung Emas: Tradisi Lama, Gaya Baru Milenial dan Gen Z


Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan ancaman inflasi yang tak pernah bosan menyapa, emas kembali menjadi primadona investasi. Apalagi harga emas belakang ini terus mengalami apresiasi. Tak heran kini investasi emas tidak hanya monopoli orang tua zaman dulu tetapi memiliki daya tarik bagi kalangan muda.

Milenial dan Gen Z yang biasanya sibuk adu outfit di media sosial, kini ramai-ramai berlomba siapa yang paling kinclong di tabungan emas mereka. Bukan sekadar gaya-gayaan, emas kini dipandang sebagai ‘pelampung keuangan’ yang jauh lebih aman ketimbang menaruh duit di bank sambil pasrah diterpa inflasi.

Salah satu penganut aliran ‘emas is life’ adalah Fella, pegawai swasta yang mantap membungkus hartanya dalam balutan logam mulia ketimbang mempercayakannya ke bank. Menurutnya, penting bagi kalangan milenial yang lahir 1981-1996 untuk menabung emas karena kecenderungan pergerakan nilainya dalam jangka panjang. 

“Lumayan menguntungkan dan stabil juga, dibanding misalnya simpan uang di bank yang kadang kena inflasi. Kalau untuk beli dolar, saya belum terlalu paham mainnya, jadi sejauh ini masih lebih nyaman dan percaya dengan emas,” tutur Fella saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Minggu (20/4/2025).

Fella mengakui mulanya ia membeli emas karena terinspirasi dari orang tuanya. Sejak kecil, dia sudah dicekoki nasihat klasik, ‘Emas itu teman setia, nggak pernah PHP (Pemberi Harapan Palsu’.

“Investasi emas bagi saya, sudah jadi kebiasaan yang tertanam sejak kecil. Orang tua saya selalu bilang kalau emas itu paling aman, apalagi buat simpanan jangka panjang. Nah dari situ saya mulai tertarik, terus lama-lama jadi kebiasaan sendiri juga,” ungkapnya. Dia mengaku sudah rutin membeli emas sejak beberapa tahun lalu, sebelum bergejolaknya perekonomian di Indonesia.

Awalnya, Fella lebih senang mengoleksi emas berbentuk perhiasan, sekalian gaya, sekaligus berinvestasi. Tapi belakangan, sekitar dua-tiga tahun terakhir, dia mulai sadar lebih baik simpanan itu dalam bentuk emas batangan. “(Soalnya kalau emas batangan), selain lebih aman, nilainya juga cenderung stabil dan lebih gampang dijual sewaktu-waktu kalau butuh,” tuturnya.

Kini di tengah situasi lesunya daya beli di Indonesia, belum lagi gejolak ekonomi secara global membuat Fella ingin menabung lebih banyak emas. Meski begitu, bukan berarti main tabrak gas tanpa rem, ia tetap mengedepankan kehati-hatian.

“Keinginan pasti ada untuk menabung banyak emas, apalagi melihat harganya yang terus naik belakangan ini. Tapi saya tetap hati-hati, sambil mantau situasi dulu. Jadi enggak langsung beli dalam jumlah besar, tapi ada keinginan buat nambah lebih banyak dari biasanya,” jelasnya.

Analis Mata Uang, Lukman Leong menyatakan saat ini memang emas sudah menjadi bagian dari investasi. Terlebih lagi emas batangan, yang dari sisi nilai jual cukup menjanjikan.

“Eskalasi perang dagang terutama China-AS membuat banyak investor melepas dolar dan memborong emas seiring kekhawatiran resesi di AS dan perlambatan di Tiongkok. Saat sekarang pun masih tepat, harga emas internasional diperkirakan masih akan naik ke US$3.500 hingga US$4.000,” ucap Lukman saat dihubungi Inilah.com, Minggu (20/4/2025).

Senada dengan Lukman, Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi juga mengatakan, selain kaum milenial, Gen Z yang lahir pada tahun 1997-2012 mulai antusias pergi ke toko emas terdekat untuk investasi emas, utamanya dalam pembelian Logam Mulia (LM).

“Saya melihat fenomena FOMO (takut ketinggalan) terkait pembelian emas saat ini oleh ibu rumah tangga kemudian masyarakat secara umum, ini cukup luar biasa. Kebanyakan milenial terutama perempuan memilih perhiasan, karena pertama harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan logam mulia kemudian barangnya pun juga bisa mereka pakai berupa kalung, anting, cincin,” ujar Ibrahim, ketika dihubungi terpisah.

Menurutnya, kaum milenial dan Gen Z yang begitu antusias berinvestasi emas memiliki beberapa alasan. Kondisi yang tak menentu saat ini menjadikan alasan utama bagi kaum muda melakukan pembelian terhadap perhiasan maupun LM serta alasan keuntungan jangka menengah dan jangka panjang.

Tapi Ibrahim mengingatkan, investasi LM atau emas perhiasan perhitungannya bukan beli hari ini kemudian besok untung karena pasti akan mengalami kerugian. “Butuh waktu tiga sampai lima tahun buat ngerasain cuan-nya. Kalau buru-buru dijual, yang ada malah boncos karena ongkos pembuatan dan sertifikat emas itu mahal,” tutupnya.

Komentar