Merajut Denyut Ekonomi Rakyat di Piala Presiden 2025

Merajut Denyut Ekonomi Rakyat di Piala Presiden 2025

Haris Medium.jpeg

Selasa, 15 Juli 2025 – 19:03 WIB

Ratusan pelaku UMKM di Piala Presiden 2025. (Foto: Inilah.com/Harris Muda)

Ratusan pelaku UMKM di Piala Presiden 2025. (Foto: Inilah.com/Harris Muda)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Di balik riuh rendah sorak-sorai penonton, Piala Presiden 2025 membuktikan bahwa sepak bola adalah panggung kemenangan bagi semua, terutama bagi ratusan pelaku UMKM yang menjadi tulang punggung perhelatan.

Gemuruh sorak-sorai dari dalam stadion mungkin memekakkan telinga, namun ada denyut lain yang tak kalah kuat di pelatarannya. Di antara lautan manusia yang merayakan sepak bola, hadir aroma khas kencur dari seblak yang baru diolah, tangan-tangan cekatan yang meracik cilok, hingga senyum ramah penjual suvenir. Selamat datang di sisi lain Piala Presiden 2025, sebuah festival yang berlangsung pada 6-13 Juli 2025, di mana ekonomi rakyat menjadi juaranya.

Mereka bukan sekadar pelengkap. Lebih dari 100 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berpartisipasi di setiap laga adalah bagian integral dari sebuah narasi besar: sepak bola harus menyejahterakan. Sejak awal digulirkan satu dekade lalu, Piala Presiden memang dirancang sebagai ruang milik rakyat.

Peran UMKM dalam ekonomi nasional sama sekali tidak ‘kecil’. Sektor ini merupakan penyumbang lebih dari 60% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dalam lingkup turnamen ini, mereka adalah motor penggerak yang menghadirkan lapangan kerja, memutar roda ekonomi lokal, sekaligus menjadi etalase budaya.

Di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta dan Stadion Si Jalak Harupat (SJH) Bandung, pemandangan itu tersaji nyata. Jajanan seperti baso tahu, aneka kue tradisional, hingga donat hangat memanjakan lidah para suporter.

“Kami ingin memperlihatkan bahwa makanan tradisional bukan hanya lezat, tapi juga bagian dari jati diri daerah,” ujar Rahmat (43), pelaku UMKM dari Cibiru yang lapaknya selalu ramai dikunjungi pembeli kue tradisional.

Semangat ini tak hanya dirasakan oleh penonton lokal. Ross Sally, seorang suporter fanatik Oxford United asal Inggris, tampak antusias di antara ribuan penonton di SJH. Baginya, turnamen ini adalah kesempatan untuk merasakan denyut sepak bola Indonesia secara langsung.

“Kami membeli kaus tim Indonesia untuk semua anak kami agar mereka punya kenangan tentang negara ini,” tuturnya sembari tersenyum, ditemani sang istri.

Namun, bagi Sally, membeli pernak-pernik klub lokal lebih dari sekadar oleh-oleh. “Dengan cara ini, kami turut membantu klub-klub lokal berkembang. Dan anak-anak di sini, mereka luar biasa. Sangat ramah dan menyenangkan,” katanya, mengagumi atmosfer yang ia temui.

6f047d5d-d302-478b-8238-d9e2fcc995a4.jpeg

Kehadiran tim internasional seperti Oxford United dan Port FC dari Thailand memang menjadi pembeda pada edisi kali ini. Mereka bersanding dengan raksasa domestik seperti Persib Bandung, Arema FC, Dewa United, dan tim Liga Indonesia All Star, menciptakan panggung kompetisi yang lebih berwarna.

Warna itu pula yang dirasakan Adi, penjual donat di lingkar Stadion Si Jalak Harupat. Baginya, setiap hari pertandingan adalah musim panen. Tanpa dipungut biaya sewa sepeser pun, ia bisa meraup untung yang membahagiakan.

“Alhamdulillah, sejak pertandingan pertama untungnya terasa sekali. Setiap hari, sekitar 10 boks donat ludes terjual,” ungkapnya dengan logat Sunda yang kental. Donat itu adalah titipan dari tetangganya, sementara ia juga piawai membuat roti cokelat lembut yang selalu habis diburu pembeli.

Kisah Adi dan Rahmat adalah bukti bahwa pemberdayaan UMKM bukan sekadar efek samping sosial, melainkan napas utama turnamen ini.

Ketua Panitia Pengarah (Steering Committee) Piala Presiden 2025, Maruarar Sirait, menegaskan bahwa visi tersebut merupakan arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto. Turnamen ini, menurutnya, adalah peristiwa budaya dan ekonomi.

“Piala Presiden harus memberi manfaat bagi rakyat. Salah satunya adalah memastikan UMKM tidak dipungut biaya, supaya mereka juga bisa mendapat keuntungan dan ikut berbahagia dari gelaran ini,” tegas Ara.

Di dalam stadion, suporter bersorak untuk gol dan kemenangan. Namun di luar stadion, publik merayakan ketekunan, kerja keras, dan rezeki yang berputar. 

Piala Presiden 2025 bukan hanya tentang skor akhir di papan skor, melainkan tentang bagaimana sepak bola dan ekonomi rakyat dapat berjalan beriringan, saling memperkuat, dan pada akhirnya, menciptakan kemenangan untuk semua.

Topik
Komentar

Komentar