Meski Rupiah dan Inflasi Stabil, Ekonom UI Sarankan Tahan BI Rate: Jaga-jaga Tarif Trump

Meski Rupiah dan Inflasi Stabil, Ekonom UI Sarankan Tahan BI Rate: Jaga-jaga Tarif Trump


Kalau tak ada aral, Bank Indonesia (BI) mengumumkan suku bunga acuan atau BI rate pada hari ini (Rabu, 21/5/2025). Ada saran agar ditahan di level 5,75 persen untuk menjaga nilai tukar (kurs) rupiah.

“Meskipun tren inflasi dan pergerakan rupiah menunjukkan adanya ruang perubahan kebijakan, pelonggaran yang terlalu dini dapat berisiko mengubah capaian stabilitas mata uang baru-baru ini,” kata ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky di Jakarta, Rabu (21/5/2025).

Menurut Riefky, penyesuaian kebijakan suku bunga perlu dilakukan secara hati-hati dan selaras dengan berbagai sinyal dari moneter global, utamanya Federal Reserve (The Fed).

Dia mengamini, rupiah bergerak lumayan stabil dalam sebulan terakhir, dan inflasi kembali masuk ke sasaran BI. Hal ini memberikan ruang bagi penurunan BI rate. Namun, kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump masih membayangi perdagangan global. Artinya, masih membuka rupiah ambruk lagi.

Meski ada moderasi ketegangan AS-China, ruang lingkup dan waktu penerapan tarif ke depan masih sulit diprediksi. Di saat yang sama, The Fed memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan 4,25 persen hingga 4,5 persen pada pertemuan Mei 2025.

“Untuk sementara, BI harus tetap waspada dan terus menggunakan perangkat stabilisasi yang diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi,” ujar Riefky.

Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual. Kata dia, BI masih fokus di stabilitas, dipicu ketidakpastian perang tarif. The Fed juga masih mempertahankan suku bunga patokan.

Di samping itu, juga ada indikasi perlambatan konsumsi, meski faktornya lebih disebabkan oleh high base effect (pemilu tahun lalu) dan kurang optimalnya belanja pemerintah.

Akan tetapi, pasar tidak satu suara dalam prediksi suku bunga acuan BI pada RDG kali ini.

Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo memproyeksikan BI-Rate akan turun dalam hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2025 hari ini mengingat volatilitas rupiah sudah relatif terjaga.

Banjaran mencatat, dari sisi global, temporary truce atau “genjatan senjata” sementara perang tarif AS-China telah mengurangi eskalasi ketegangan dan ketidakpastian.

Di sisi lain, Indonesia membutuhkan suku bunga yang lebih pro growth sebagai katalisator untuk mendorong pertumbuhan sehingga adjustment dari Bank Indonesia akan sangat membantu ekonomi Indonesia.

Menurut Banjaran, interest rate differential antara surat berharga Indonesia dibandingkan negara-negara di ASEAN juga masih cukup kompetitif.

Dia berpendapat RDG kali ini, menjadi mom0entum yang tepat bagi BI untuk menurunkan suku bunga.

Senada, Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro juga melihat adanya ruang pemangkasan. Selain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, tekanan rupiah seharusnya sudah tidak setinggi pada periode awal di kuartal I-2025.

Dia bilang, inflasi dinilai akan tetap rendah di range target BI. Terakhir, benchmark rate Indonesia dibandingkan negara-negara lain, masih relatif kompetitif.

 

Komentar