Nasib BUMN di Tepi Jurang: WIKA Dikepung Utang, Kerugian dan Defisit Melebar

Nasib BUMN di Tepi Jurang: WIKA Dikepung Utang, Kerugian dan Defisit Melebar

Iwan Medium.jpeg

Minggu, 27 Juli 2025 – 15:56 WIB

Ilustrasi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). (Foto: Associated Press/Dita Alangkara)

Ilustrasi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). (Foto: Associated Press/Dita Alangkara)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Nasib PT Wijaya Karya (Persero/WIKA) Tbk persis pepatah: sudah jatuh tertimpa tangga pula. Utang yang disangga BUMN karya ini, masih lumayan gede. Sementara kinerja keuangan di paruh pertama 2025, merosot ketimbang tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan WIKA semester I-2025 yang diunggah dari laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Minggu (27/7/2025), pendapatan perseroan ambruk ke level Rp5,858 triliun. Atau terjun bebas 22,2 persen secara tahunan alias year on year (yoy).

Anjloknya pendapatan WIKA ini, disumbang dari turunnya setoran dari segmen infrastruktur dan gedung sebesar 32,3 persen, menjadi Rp2,343 triliun. Pendapatan industri ikut anjlok 29,7 persen, menjadi Rp1,613 triliun.

Meski begitu, WIKA masih bisa bernafas karena beban pokok pendapatan bisa ditekan hingga 21,8 persen. Hanya saja, laba kotor alias cuan turun 26,8 persen, menjadi Rp472,55 miliar. Dan, laba usaha WIKA tenggelam 96,08 persen, menjadi hanya Rp133,2 miliar.

Ada banyak pemicu utama atas babak belurnya kinerja keuangan WIKA, salah satunya adalah anjloknya pendapatan lain-lain sebesar 79,6 persen.

Alhasil, paruh pertama 2025, WIKA tidak lagi membukukan untung dari restrukturisasi utang, padahal periode sama di tahun lalu, pos ini menyumbang keuntungan Rp3,944 triliun.

Ketika pendapatan ambruk dan keuntungan WIKA hanya tersisa mimpi, beban keuangan justru merangkak naik menjadi Rp1,38 triliun. Beban perseroan semakin berat ditambah dampak kerugian dari perusahaan pengendalian bersama sebesar Rp542,31 miliar, serta pajak final Rp109,55 miliar.

Akibatnya, WIKA kini menderita rugi sebelum pajak Rp1,693 triliun, dan lebih mengerikan lagi, rugi bersih sedalam Rp1,663 triliun. Defisit perusahaan membengkak 17,8 persen, menjadi Rp11,2 triliun di akhir Juni 2025.

Total ekuitas perseroan terkikis 14,4 persen, tersisa Rp10,1 triliun. Dan, jangan lupa, WIKA juga harus menanggung utang yang lumayan gede. Per 31 Maret, total liabilitas (utang) WIKA mencapai Rp50,04 triliun. Atau turun sekitar Rp1,64 triliun ketimbang Desember 2024 yang sebesar Rp 51,64 triliun.

Di tengah posisi kejepit ini, manajemen WIKA dikabarkan tengah menyusun rencana strategis. Misalnya, menggandeng mitra strategis yang kuat, melakukan efisiensi operasional dengan sistem kerja hybrid, menyesuaikan biaya pemasaran, hingga membuka kembali diskusi dengan kreditur untuk keringanan pembayaran.

Manajemen WIKA masih berkeyakinan bahwa rencana ini dapat berjalan efektif. Namun, kelangsungan hidup WIKA sangat bergantung pada dukungan keuangan. Bisa lewat Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemegang saham serta pencapaian kinerja keuangan yang memuaskan di masa depan.

Topik
Komentar

Komentar