Situasi panas menyelimuti raksasa kedirgantaraan Boeing. Sekitar 3.200 karyawan yang tergabung dalam serikat pekerja di Missouri dan Illinois, Amerika Serikat (AS), pada Senin (4/8/2025), memutuskan mogok kerja. Ini imbas dari kegagalan negosiasi kontrak yang alot dengan pihak perusahaan.
Aksi mogok ini bukan ujuk-ujuk. Sebelumnya, anggota serikat pekerja International Association of Machinists and Aerospace Workers (IAM) Distrik 837 sudah bulat menolak tawaran perjanjian kerja empat tahun dari Boeing. Pemungutan suara untuk menolak tawaran tersebut dilakukan setelah perjanjian kerja resmi berakhir pada 27 Juli lalu.
Para pekerja yang mogok ini bermarkas di fasilitas-fasilitas strategis Boeing di St. Louis dan St. Charles, Missouri, serta di Mascoutah, Illinois. Ini bukan main-main, karena mereka adalah bagian penting dari operasional Boeing di wilayah tersebut.
Tuntutan Pekerja: Kontrak yang Adil dan Jaminan Keluarga
Para petinggi serikat pekerja tak gentar menyuarakan tuntutan anggotanya. “Kami akan hadir di titik-titik aksi mogok, memastikan Boeing mendengar kekuatan kolektif para pekerja,” tegas Presiden Internasional IAM Brian Bryant, dalam pernyataan pada Minggu (3/8/2025).
Wakil Presiden Umum IAM Wilayah Midwest Sam Cicinelli menambahkan, “Mereka berhak mendapatkan kontrak yang menjamin keamanan keluarga mereka dan mengakui keahlian mereka yang tiada bandingannya.”
Nada perlawanan juga disuarakan Wakil Presiden Umum Residen IAM Jody Bennett. “Solidaritas adalah kekuatan kami. Pemungutan suara ini menunjukkan bahwa ketika para pekerja bersatu, mereka dapat melawan keserakahan perusahaan dan memperjuangkan masa depan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka,” ujarnya.
Sebagai informasi, serikat IAM adalah salah satu serikat pekerja industri terbesar dan paling beragam di Amerika Utara. Mereka mewakili sekitar 600 ribu anggota aktif dan pensiunan dari berbagai sektor, mulai dari kedirgantaraan, pertahanan, penerbangan, hingga perkeretaapian dan otomotif di seluruh AS dan Kanada.
Boeing Kecewa, Tapi Sudah Siapkan ‘Rencana B’
Di kubu Boeing, hasil pemungutan suara ini tentu bikin kecewa. Dan Gillian, Wakil Presiden dan Manajer Umum Boeing Air Dominance, sekaligus eksekutif senior di fasilitas St. Louis, menyatakan hal tersebut.
Dalam pernyataannya, Gillian menyebut Boeing “kecewa karena karyawan kami menolak tawaran yang menawarkan kenaikan upah rata-rata sebesar 40 persen dan menyelesaikan masalah utama mereka terkait jadwal kerja alternatif.”
Meski begitu, Boeing mengaku sudah siap menghadapi skenario terburuk. “Boeing siap menghadapi pemogokan dan telah sepenuhnya menerapkan rencana kontingensi kami untuk memastikan tenaga kerja kami yang tidak mogok dapat terus mendukung pelanggan kami,” ucap Gillian.
Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Boeing telah mempersiapkan strategi untuk meminimalisir gangguan operasional akibat absennya ribuan karyawannya.