Akibat blokade total Israel, sekitar 1,25 juta warga Gaza kini menderita kelaparan parah dan sebagian besarnya adalah anak-anak. Kejam dan biadab! (Foto: UNICEF)
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com
Angka ini bikin dada sesak. Setidaknya 67 anak kecil di Jalur Gaza meninggal dunia karena kelaparan. Ini bukan takdir, melainkan imbas langsung dari blokade total Israel yang sudah berjalan 103 hari, demikian data yang dirilis Kantor Media Pemerintah di Gaza, Sabtu (12/7/2025).
Jangan kaget. Angka kematian bisa melambung tinggi. Bayangkan, sekitar 650 ribu balita di Gaza kini menghadapi kekurangan gizi akut yang mengancam jiwa. Semua ini gara-gara pasokan pangan, obat-obatan, dan bahan bakar dilarang masuk. Ini bukan lagi soal bom.
“Saat ini mesin pembunuh itu bernama kelaparan,” begitu bunyi pernyataan kantor media pemerintah, menggambarkan pengepungan Gaza sebagai “bentuk hukuman kolektif paling ekstrem dalam sejarah modern.”
Tiga hari terakhir saja, puluhan kematian tambahan tercatat. Ini karena militer Israel terus menghalangi masuknya tepung, susu formula bayi, serta persediaan nutrisi dan medis penting. Mereka tak sungkan menuduh Israel’sengaja menjalankan kebijakan kelaparan massal’.
Faktanya, sekitar 1,25 juta warga Gaza kini menderita kelaparan parah. Lebih mengerikan lagi, 96 persen penduduk, termasuk lebih dari sejuta anak-anak, menderita kerawanan pangan akut. Angka-angka ini bukan isapan jempol.
Kantor media itu menegaskan, Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas ‘kampanye kelaparan sistematis dan terorganisir’ ini. Parahnya lagi, para pendukung negara penjajah ini, baik yang membantu terang-terangan maupun yang diam seribu bahasa, juga patut dipersalahkan secara hukum dan moral.
“Kami peringatkan; ini adalah hukuman mati massal yang terbentang di depan mata dunia,” begitu seruan mereka. “Intervensi internasional segera bukanlah pilihan, ini masalah hidup atau mati.” Sebuah teriakan keras untuk dunia yang terkesan abai.
Invasi Brutal Berlanjut, Dunia Menghakimi
Meski seruan internasional untuk gencatan senjata terus bergema, militer Israel tetap tancap gas. Ofensif brutal di Jalur Gaza terus dilancarkan sejak 7 Oktober 2023. Korban jiwa? Lebih dari 57.800 warga Palestina tewas sejauh ini, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Pemboman tanpa henti telah menghancurkan Gaza, memicu krisis pangan, dan menyebarkan penyakit.
November lalu, Pengadilan Pidana Internasional (ICC) bahkan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant. Tuduhannya? Kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Tak berhenti di situ, Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang mereka lancarkan di wilayah tersebut. Panggung hukum internasional kini menjadi saksi bisu atas apa yang terjadi di Gaza.