Netanyahu Dikecam karena Hadiri Pesta Henna Putranya saat Tentara Israel Tewas

Netanyahu Dikecam karena Hadiri Pesta Henna Putranya saat Tentara Israel Tewas


Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjadi sasaran kritik tajam setelah beredar rekaman menunjukkan dia menghadiri pesta pra-pernikahan putranya, tak lama setelah tersiar kabar bahwa seorang tentara Israel tewas di Gaza di tengah perang yang sedang berlangsung.

Netanyahu dan istrinya, Sara, keduanya terlihat menghadiri acara mewah di Israel tengah, meskipun sebelumnya ada klaim bahwa ia tidak akan hadir di tengah protes meluas dari demonstran anti-pemerintah. Pesta tersebut merupakan salah satu rangkaian acara pra-pernikahan di mana tangan dan kaki pengantin dihias dengan henna. 

Kecaman itu muncul setelah Kantor Perdana Menteri mengatakan bahwa ia telah membatalkan rencananya menghadiri pesta Mimouna, yang menandai berakhirnya hari raya Paskah. Namun, banyak yang mengatakan bahwa Mimouna dan perayaan pra-pernikahan dengan henna adalah acara yang sama.

Rekaman menunjukkan Netanyahu dan Sara duduk di sofa berdesain singgasana emas bersama putra mereka Avner dan tunangannya. Para tamu di tempat tersebut bertepuk tangan dan bersorak untuk mereka, menyampaikan ucapan selamat.

Media Israel melaporkan, puluhan polisi ditempatkan di daerah Mazor, tempat acara tersebut berlangsung. Jalan-jalan ditutup untuk mencegah pengunjuk rasa menghalangi akses ke komunitas tersebut.

Berbagai laporan juga menyatakan Netanyahu menanggapi komentar tersebut dengan mengatakan, “tidak ada yang akan menghentikan saya untuk menghadiri perayaan henna anak saya serta memberikan dia dan tunangannya restu saya”.

Banyak yang menunjukkan bahwa pesta itu diadakan beberapa hari setelah seorang tentara Israel di Gaza terbunuh dan lima lainnya terluka, tiga di antaranya serius, di wilayah utara Jalur Gaza. Prajurit tersebut diidentifikasi sebagai Perwira G’haleb Sliman Alnasasra, 35 tahun, seorang pelacak di Brigade Utara Divisi Gaza.

Tentara itu adalah orang pertama yang dibunuh di Jalur Gaza oleh Hamas sejak Israel membatalkan perjanjian gencatan senjata dan melanjutkan perang pada 18 Maret.

Minggu lalu, sekitar 1.000 pengunjuk rasa Israel berbaris ke kediaman pribadi Netanyahu, menuntut sang perdana menteri mengembalikan 59 tawanan yang ditahan di Gaza dan berhenti mengutamakan karier politik atau agenda pribadinya.

Banyak yang mengecamnya karena menolak menandatangani kesepakatan gencatan senjata. Padahal Hamas telah menyatakan beberapa kali akan membebaskan semua tawanan dengan imbalan diakhirinya perang dan Israel harus menarik diri seluruh tentaranya.

“Akhir perang akan memaksa kalian diadili atas tindakan pengkhianatan terhadap negara kami, dan itulah sebabnya kalian melanggar perjanjian untuk menyelamatkan nyawa,” kata seorang pengunjuk rasa, menurut media Israel.

Protes tersebut terjadi saat Israel melanjutkan perang tanpa henti di Jalur Gaza yang terkepung, dengan lebih dari 61.700 warga Palestina tewas sejak Oktober 2023. Perang telah menjerumuskan wilayah Jalur Gaza ke dalam krisis kemanusiaan yang mendalam dan menghancurkan seluruh lingkungan, sementara sebagian besar penduduknya telah mengungsi.

Kelompok hak asasi manusia telah berulang kali memperingatkan terhadap pemboman Israel, dengan menekankan bahwa tindakan tersebut telah membahayakan sebagian besar penduduk serta tawanan.

 

Komentar