Pakar Pangan dan Chef Kenalkan ‘Blue Food’ sebagai Solusi Krisis Iklim di Yogyakarta

Pakar Pangan dan Chef Kenalkan ‘Blue Food’ sebagai Solusi Krisis Iklim di Yogyakarta


Sejumlah pakar pangan, peneliti, dan praktisi kuliner memperkenalkan konsep blue food atau pangan biru sebagai salah satu solusi dalam menghadapi krisis iklim dan pangan. 

Gagasan ini menjadi sorotan utama dalam acara bertajuk Blue Bites yang digelar di Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Rabu (30/7/2025).

Acara ini merupakan kolaborasi antara Climateworks Centre, Climate Reality Indonesia, dan IPB University, yang diselenggarakan sebagai bagian dari The 5th International Conference on Integrated Coastal Management and Marine Biotechnology.

IMG-20250801-WA0004.jpg

Blue food didefinisikan sebagai pangan yang berasal dari ekosistem perairan, seperti ikan, rumput laut, dan moluska. 

Pangan jenis ini dinilai rendah emisi, kaya nutrisi, dan dapat menopang ekonomi masyarakat pesisir serta perairan darat.

Dalam sesi diskusi, para ahli dari IPB University, NUSA Indonesian Gastronomy Foundation, dan UGM membahas berbagai aspek blue food, mulai dari perannya dalam dekarbonisasi sistem pangan, kontribusinya bagi warisan kuliner, hingga peran perempuan dalam rantai pasoknya.

“Setiap sajian hari ini adalah cerita—tentang rasa, tradisi, dan transformasi,” ujar Etwin Kuslati Sabarini, Program Impact Manager Oceans dari Climateworks Centre, saat membuka acara.

Puncak acara adalah demo masak yang dipimpin oleh Chef Ragil Imam Wibowo. 

IMG-20250801-WA0000.jpg

Ia menyajikan beragam hidangan blue food Nusantara dalam bentuk modern, seperti belut balado dari Sumatra Barat, tiram (oyster) Noorhosori dari pesisir Papua, wader bumbu pecel dari Yogyakarta, dan tuna gohu dari Halmahera.

Community Action Manager Climate Reality Indonesia, Arifah Handayani, menyatakan dukungannya untuk memperkuat informasi ilmiah dengan bukti nyata mengenai keragaman dan kelezatan blue food Indonesia.

Komentar