Pebulu tangkis Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting saat mencicipi lapangan Porte De La Chapelle Arena atau dengan nama lain Adidas Arena, yang menjadi tempat pertandingan cabang bulutangkis Olimpiade Paris 2024. (Foto: PBSI)
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com
Setelah istirahat cukup lama dari turnamen internasional, bulu tangkis Indonesia siap kembali ambil bagian dalam turnamen Japan Open 2025 Super 750.
Mulai besok, pebulutangkis andalan Indonesia siap bertarung di Tokyo Metropolitan Gymnasium, dan berharap bisa bertahan hingga tanggal 20 Juli, saat laga final dimainkan.
Ajang ini akan menjadi titik ukur penting sejauh mana kesiapan para pemain Merah Putih untuk kembali bersaing di level atas.
Setelah jeda lebih dari satu bulan sejak Super 1000 Indonesia Open 2025, para pemain kembali turun ke lapangan membawa harapan besar.
Hingga pertengahan musim 2025 ini belum sekali pun naik podium tertinggi di turnamen level Super 500 ke atas.
Di Jepang Open 2025, ada 13 wakil Indonesia yang akan bersaing. Dari sektor tunggal putra, Jonatan Christie, Alwi Farhan, dan Anthony Sinisuka Ginting masuk daftar.
Untuk tunggal putri, ada Putri Kusuma Wardani dan Gregoria Mariska Tunjung. Ganda putra ada Sabar Karayaman Gutama/Moh. Reza Pahlevi Isfahani, Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana, dan Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri yang untuk kali pertama berpasangan di turnamen internasional.
Lalu ganda putri yang berkompetisi adalah Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi dan Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti.
Untuk ganda campuran, Indonensia punya Rehan Naufal Kusharjanto/Gloria Emanuelle Widjaja, Amri Syahnawi/Nita Violina Marwah, dan Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu.
Selama enam bulan, prestasi terbaik bulu tangkis Indonesia hanya datang dari turnamen Super 300 Thailand Masters melalui ganda putri Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti dan Taiwan Open lewat pasangan campuran Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Pasaribu.
Wakil Ketua Umum PP PBSI Taufik Hidayat sebelumnya menyampaikan secara terbuka bahwa para pelatih sudah diberikan cukup waktu untuk menunjukkan hasil. Jika tidak ada perubahan signifikan, sistem promosi dan degradasi akan diterapkan kembali.
“Sudah enam bulan lebih. Jangan hanya kejar ranking. Masyarakat inginnya juara. Juara itu cuma satu, tidak ada juara dua,” tegas Taufik.
Menurut Taufik, pelatih tidak bisa hanya fokus pada program latihan, tapi juga harus mampu membangun kedekatan dan komunikasi efektif dengan atlet. Hubungan pelatih dan atlet harus berjalan dua arah agar program bisa dijalankan secara maksimal.
“Pelatih jangan merasa nyaman terus. Semua ada targetnya, dan hasil itu penting. Kalau tidak memenuhi, kami buka rekam jejaknya. Kalau tidak ada prestasi, buat apa dipertahankan?” ujarnya.
PBSI pun disebut telah menyiapkan sistem peringatan bertingkat, mulai dari SP1 hingga SP3, sebagai bagian dari mekanisme pembinaan internal.