Dunia seolah terbalik. Kawasan Nordik yang selama ini identik dengan lanskap bersalju dan suhu dingin membeku, kini justru dilanda gelombang panas ekstrem yang brutal. Suhu di sejumlah wilayah tercatat melampaui 30 derajat Celsius selama berhari-hari, memecahkan rekor tertinggi dalam lebih dari 60 tahun terakhir.
Fenomena ini disebut para ilmuwan sebagai gelombang panas yang benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.
Mengutip laporan The Guardian pada Minggu (3/7/2025), dampak gelombang panas ini sangat memprihatinkan. Rusa kutub dilaporkan hampir mati kepanasan, menjadi indikator nyata betapa parahnya kondisi lingkungan di habitat alami mereka.
Di Finlandia, rumah sakit penuh sesak dengan pasien yang mengalami masalah kesehatan akibat suhu tinggi, bahkan beberapa arena es terpaksa dibuka darurat sebagai lokasi evakuasi dan pendinginan bagi warga. Ironisnya, turis asing yang sengaja datang mencari suasana liburan dingin di Nordik justru disambut dengan peringatan panas ekstrem.
Rekor Suhu Terpanjang dan Peringatan Perubahan Iklim
Data cuaca menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan. Stasiun cuaca di Arktik Norwegia mencatat suhu lebih dari 30 derajat Celsius selama 13 hari berturut-turut pada bulan Juli. Sementara itu, Finlandia mengalami tiga minggu berturut-turut dengan panas menyengat.
Angka-angka ini bukan sekadar rekor baru, melainkan sebuah peringatan keras dari alam mengenai percepatan perubahan iklim global.
Di Swedia, stasiun cuaca di wilayah utara seperti Haparanda dan Jokkmokk mencatat rekor suhu tinggi terpanjang dalam lebih dari satu abad. Suhu musim panas di sana naik 8 hingga 10 derajat di atas normal, memicu serangkaian fenomena cuaca ekstrem seperti badai, petir, dan bahkan kebakaran hutan di wilayah kutub.
“Yang terjadi ini bukan anomali musiman. Ini pertanda zaman,” tegas Heikki Tuomenvirta, ilmuwan dari Institut Meteorologi Finlandia.
Ia memperingatkan bahwa gelombang panas ekstrem kini terjadi lebih sering, lebih intens, dan lebih lama –semua ini adalah buah pahit dari perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi karbon yang terus membumbung tinggi ke atmosfer.
Infrastruktur Skandinavia tak Siap Hadapi Cuaca Ekstrem
Salah satu permasalahan krusial yang terungkap dari gelombang panas ini adalah ketidaksiapan infrastruktur Skandinavia. Negara-negara seperti Norwegia, Inggris, dan Swiss disebut sebagai yang paling rentan terhadap peningkatan hari-hari panas yang tidak nyaman.
Kota-kota yang selama ini terbiasa dengan iklim dingin dan tidak memiliki fasilitas pendingin yang memadai, kini menghadapi risiko cuaca ekstrem tanpa kesiapan yang cukup, baik dari sisi fasilitas pendingin, sistem medis, hingga pasokan energi.
Kondisi ini menambah panjang daftar bencana iklim global yang telah terjadi sepanjang tahun ini. Dari banjir bandang di Asia Selatan, kebakaran hutan di Yunani, hingga suhu mencapai 50 derajat Celsius di Timur Tengah, serangkaian peristiwa ini menegaskan bahwa dampak pemanasan global bukan lagi ancaman di masa depan, melainkan realitas yang sedang terjadi dan menuntut respons cepat dari seluruh dunia.