Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, penutupan Selat Hormuz akibat perang Iran-Israel menjadi momentum untuk mengakselerasi penerapan energi baru terbarukan (EBT) dan energi alternatif seperti biodiesel.
“Saatnya kita memulai untuk menjalankan rencana implementasi EBT, terlepas dari dinamika konflik yang terjadi di Timur Tengah mengingat kawasan ini selalu rawan akan konflik, sementara pasokan energi kita saat ini masih bertumpu dari Timur Tengah salah satunya,” kata Eko di Jakarta, Senin (23/6/2025).
Menurut Wakil Direktur Indef ini, penutupan Selat Hormuz sebagai dampak atas serangan militer Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran menjadikan wake up call bagi Indonesia untuk tidak lagi menunda-nunda implementasi rencana EBT dan energi alternatif seperti biodiesel.
Terlebih lagi, sambung Eko, ketahanan energi menjadi salah satu fokus dari Astacita pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Cara terbaiknya kita harus lebih banyak melakukan upaya percepatan EBT dan energi alternatif.Riset dan pengembangan menjadi kunci utama untuk penerapan EBT dan energi alternatif ini. Kalau hal ini bisa dilakukan maka ke depannya Indonesia bisa lebih survive karena tidak lagi bergantung pada energi migas,” terang Eko.
Pasokan EBT dan energi alternatif seperti biodiesel sangat melimpah di Indonesia, hanya saja harga keekonomian masih menjadi tantangan utama terkait hal ini. Namun, kalau penggunanya banyak dan luas maka harga energi dari EBT dan energi alternatif ini bisa lebih murah.
Parlemen Republik Islam Iran pada Minggu telah menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz bagi seluruh kegiatan pelayaran menyusul serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran.
Selat Hormuz merupakan salah satu jalur laut yang paling penting bagi lalu lintas pasokan minyak dunia.