Terpilihnya Mohamad Sohibul Iman sebagai Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Al Muzzammil Yusuf sebagai Presiden PKS dinilai sebagai sinyal kuat rekalibrasi ideologis dan strategis partai berbasis kader tersebut.
Pengamat politik dari Lembaga Survei KedaiKopi Ibnu Dwi Cahyo menyebut pergantian ini sebagai langkah serius PKS untuk kembali menegaskan akar intelektual dan identitas kampus yang selama ini melekat dalam sejarahnya.
“Setelah lebih dari satu dekade mengalami dinamika internal dan eksternal, PKS tampaknya ingin kembali ke akar. Penempatan Sohibul Iman dan Almuzammil Yusuf merupakan formasi yang menggambarkan intelektualitas dan pengalaman ideologis yang solid,” ujar Ibnu dalam keterangannya dikutip di Jakarta, Kamis (5/6/2025)
Menurut Ibnu, transisi kepemimpinan di tubuh PKS kembali menunjukkan ciri khas partai sebagai organisasi kader yang disiplin dan stabil secara internal.
“Proses pergantian dilakukan tanpa ingar-bingar. Justru di situlah keunikan PKS, transisi berlangsung senyap namun terorganisir rapi,” kata Ibnu.
Formasi baru ini dipandang akan mendorong PKS menekankan penguatan narasi Islam yang intelektual, nasionalis, dan moderat. Sohibul Iman yang dikenal sebagai teknokrat, doktor lulusan Jepang, dan mantan Rektor Universitas Paramadina dinilai memberi sinyal bahwa PKS hendak kembali menjadikan sains, rasionalitas, dan narasi akademik sebagai fondasi komunikasi politik.
Sementara itu, Almuzammil Yusuf, yang memiliki latar belakang serupa, dinilai akan menjadi ujung tombak dalam menghadirkan PKS sebagai partai yang berbasis data dalam kebijakan maupun narasinya.
Meski demikian, tantangan ke depan tidak ringan. Menjelang Pemilu 2029, segmen pemilih pemula akan menjadi lebih dominan.
“Diperlukan strategi rebranding komunikasi politik yang mampu menyentuh ekosistem digital dan budaya populer anak muda. Sohibul dan Muzzammil punya kekuatan otoritas intelektual. Modal ini bisa digunakan untuk membangun reputasi PKS sebagai partai ide dan nilai,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya mobilitas vertikal kader muda dalam tubuh PKS.
“Untuk merangkul pemilih muda, wajah dan ide baru harus terus bermunculan. Kader-kader muda PKS yang telah terbina perlu diberi ruang tampil ke publik dan membawa narasi Islam yang segar, kontekstual, dan inklusif,” tutur Ibnu.
Di sisi lain, terpilihnya Sohibul Iman juga dinilai menyiratkan posisi realistis PKS dalam peta kekuasaan nasional.
“Ia pernah menjadi bagian penting dalam pemenangan Prabowo pada Pilpres 2019. Ini menunjukkan bahwa meskipun tetap menjaga identitas, PKS tetap siap bermain di ranah kekuasaan dengan perhitungan matang,” kata dia.
Dengan latar belakang akademik dari UI dan ITB, tambah Ibnu, dua tokoh baru PKS ini mempertegas bahwa partai dakwah tersebut masih teguh pada akar intelektualnya.
“PKS sedang menyampaikan pesan, mereka solid, punya sistem kaderisasi jangka panjang, dan siap memainkan peran sebagai penyeimbang dalam koalisi pemerintahan maupun oposisi,” terangnya.