Pilot F-16 Ukraina Tewas saat Menangkis Serangan Udara Besar-besaran Rusia

Pilot F-16 Ukraina Tewas saat Menangkis Serangan Udara Besar-besaran Rusia


Ukraina telah kehilangan sebuah pesawat F-16 dan pilotnya saat menangkis serangan rudal dan pesawat tak berawak Rusia. Pertempuran sengit dalam perang tersebut, yang kini memasuki tahun keempat, terus berlangsung setiap hari tanpa ada tanda-tanda gencatan senjata.

Militer Ukraina dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di Telegram Minggu (29/6/2025) mengungkapkan, setelah menembak jatuh tujuh target udara, pesawat itu rusak dan kehilangan ketinggian semalam.  “Malam ini, saat menangkis serangan udara musuh yang besar, seorang pilot kelas 1, Letnan Kolonel Maksym Ustimenko, lahir tahun 1993, tewas dalam pesawat F-16,” katanya.

Dalam pernyataan terpisah, angkatan udara mengatakan Rusia meluncurkan 537 proyektil ke Ukraina, termasuk pesawat nirawak Shahed, rudal jelajah dan rudal balistik. Ukraina mengklaim telah mencegat 475 di antaranya. Menurut surat kabar Kyiv Independent, suara ledakan dan serangan dilaporkan di beberapa daerah di seluruh negeri, termasuk di selatan Mykolaiv, tenggara Zaporizhia, dan barat Lviv.

Gubernur Wilayah Cherkasy di Ukraina tengah Ihor Taburets, mengatakan sedikitnya enam orang terluka dan infrastruktur sipil rusak dalam serangan tersebut. Tiga gedung bertingkat dan sebuah perguruan tinggi rusak dalam serangan itu.

Fasilitas industri terkena dampak di wilayah Mykolaiv, Ukraina selatan, dan wilayah Dnipropetrovsk, Ukraina tengah. Pemerintah setempat menerbitkan foto-foto bangunan tempat tinggal bertingkat tinggi dengan dinding hangus dan jendela pecah, serta tim penyelamat mengevakuasi warga.

Di Rusia, Kementerian Pertahanan mengatakan pasukannya menghancurkan tiga pesawat tak berawak Ukraina di wilayah perbatasan Kursk dan Rostov, dan di Semenanjung Krimea yang dianeksasi Ukraina.

Kantor berita milik pemerintah Rusia, RIA Novosti, mengatakan satu orang tewas akibat serangan pesawat nirawak Ukraina di wilayah Luhansk, Ukraina yang dikuasai Rusia. Moskow juga mengklaim telah menguasai Desa Novoukrainka di wilayah Donetsk yang sebagian diduduki Rusia.

Gelombang kekerasan terbaru terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada hari Jumat bahwa ia bermaksud mengurangi pengeluaran militer dan juga mengindikasikan bahwa ia siap untuk putaran baru perundingan perdamaian dengan Ukraina.

Dalam beberapa bulan terakhir, Moskow dan Kyiv telah mengirim delegasi dua kali ke kota Istanbul, Turki, untuk melakukan pembicaraan damai, tetapi belum membuat kemajuan apa pun dalam mengakhiri konflik, yang dimulai setelah Rusia menginvasi tetangganya lebih dari tiga tahun lalu. Namun demikian, kedua belah pihak sepakat dan menunjukkan kerja sama dalam pertukaran tahanan.

Rusi Tinggalkan Perjanjian Antiranjau Darat

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menandatangani dekrit hari ini yang menetapkan negara itu untuk meninggalkan Konvensi Ottawa antiranjau darat. 

Menurut dokumen yang dipublikasikan di situs webnya, perjanjian tersebut melarang para penandatangannya memperoleh, memproduksi, menimbun atau menggunakan ranjau anti-personel, yang dirancang untuk dikubur atau disembunyikan di tanah, dan sering kali menyebabkan cedera mengerikan bagi korban, termasuk hilangnya anggota tubuh atau terbunuh.

Kelompok hak asasi manusia sering mengecam risiko jangka panjang ranjau yang tidak meledak bagi warga sipil. Lebih dari 160 negara dan wilayah merupakan penanda tangan Konvensi Ottawa, meskipun Amerika Serikat maupun Rusia belum bergabung. Keputusan tersebut masih harus diratifikasi oleh parlemen Ukraina dan Perserikatan Bangsa-Bangsa kemudian perlu diberitahu.

Menghadapi invasi Rusia, “Ukraina terpaksa memberikan prioritas tanpa syarat pada keamanan warga negaranya dan pertahanan negara,” kata kementerian luar negeri Ukraina dalam sebuah pernyataan.

“Rusia… menggunakan ranjau terhadap militer dan warga sipil kami dalam skala besar. Kami tidak dapat terus terikat oleh kondisi ketika musuh tidak memiliki batasan,” kata anggota parlemen Ukraina, Roman Kostenko di media sosial

Penarikan diri dari perjanjian ini menyusul keputusan serupa oleh sekutu Kyiv yakni Polandia, Finlandia, Lithuania, Latvia, dan Estonia yang semuanya merupakan tetangga Rusia.

Komentar