Presiden RI Prabowo Subianto usai mendarat di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (16/7/2025).(Foto: inilah.com/Vonita Betalia)
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com
Presiden RI Prabowo Subianto mengungkap rencananya untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Menurutnya, wacana tersebut akan berlangsung sekitar bulan September atau Oktober.
“Beliau (Trump) katakan mungkin sekitar September, Oktober,” kata Prabowo kepada wartawan di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (16/7/2025).
Kendati sudah berencana akan bertemu dengan Trump, Prabowo mengungkap kekhawatirannya. Ia mengaku takut jika diajak bermain golf dalam kunjungan ke AS mendatang.
“Tapi saya agak ngeri kalau dia ajak main golf,” ujarnya.
Prabowo mengaku dirinya tidak pandai bermain golf saat ini. Ia pun bertekad untuk belajar dengan guru untuk mempertajam permainannya.
“Golf saya jelek sekali. Saya harus les privat golf. Dulu bagus, sekarang sudah tidak bisa lagi,” jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyampaikan rencana Presiden RI Prabowo Subianto untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, guna bernegosiasi soal tarif resiprokal 32 persen untuk produk Indonesia, akan berlaku per 1 Agustus.
“Ada (rencana bertemu langsung), tapi saya belum bisa memastikan kapan,” kata Prasetyo kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (11/7/2025).
Akan tetapi, Prasetyo mengatakan, belum ada jadwal pasti pertemuan kedua pimpinan negara tersebut. Ia juga tidak bisa memastikan apakah pertemuan keduanya bisa terwujud ketika negosiasi masih berlangsung.
“Sebagai sebuah upaya tentu ada (keinginan). Tapi belum dipastikan untuk akan adanya pertemuan dengan Presiden Trump,” ucapnya.
Dia meminta dukungan kepada seluruh pihak agar negosiasi yang tengah dilakukan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bisa berjalan lancar. Ia berharap peluang untuk menurunkan tarif resiprokal masih terbuka untuk Indonesia.
“Intinya kita berharap apa yang menjadi kebijakan pemerintah Amerika Serikat dapat ditinjau kembali sehingga memberikan keuntungan bagi perdagangan kita,” tuturnya.