Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengisyaratkan siap lebih terbuka terhadap prospek pembicaraan damai langsung dengan Ukraina. Sementara Presiden Volodymyr Zelenskyy menyebut kesiapannya untuk perbincangan apa pun yang akan menghentikan serangan terhadap warga sipil.
Putin mengatakan kepada TV pemerintah Rusia Senin (21/4/2025), bahwa ia memiliki sikap positif terhadap inisiatif perdamaian apa pun. Ia berharap Kyiv akan merasakan hal yang sama. Namun, juru bicaranya menekankan Selasa (22/4/2025) bahwa saat ini tidak ada rencana konkret untuk perundingan antara Rusia dan Ukraina.
Moskow dan Kiev tidak mengadakan pembicaraan bilateral sejak invasi Rusia pada Februari 2022. Sementara Amerika Serikat telah meningkatkan tekanan kepada mereka berdua untuk menyetujui gencatan senjata.
Komentar Putin, menurut seorang juru bicaranya, berarti bahwa ia terbuka untuk perundingan langsung, menyusul berakhirnya gencatan senjata Paskah selama 30 jam. Dalam gencatan senjata singkat itu, masing-masing pihak menuduh telah melakukan pelanggaran.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tidak menanggapi secara langsung pernyataan Putin, tetapi ia mengisyaratkan dalam pidato video malam harinya bahwa Ukraina siap untuk perbincangan apa pun mengenai gencatan senjata yang akan menghentikan serangan terhadap warga sipil.
Minggu, Zelenskyy mengusulkan tindak lanjut dari gencatan senjata Paskah yang akan menghentikan serangan apa pun yang menggunakan pesawat nirawak dan rudal jarak jauh terhadap infrastruktur sipil untuk jangka waktu setidaknya 30 hari.
Putin kemudian mengatakan bahwa Rusia akan menganalisis segalanya dan mengambil keputusan yang sesuai tetapi mempertanyakan bagaimana cara kerjanya, karena ia menuduh Ukraina menggunakan bangunan sipil seperti restoran dan universitas untuk keperluan militer.
Zelensky meresponsnya mendesak Putin lebih lanjut, dengan mengatakan Ukraina tetap pada tawarannya “setidaknya, tidak menyerang infrastruktur sipil” dan bahwa ia mengharapkan jawaban yang jelas dari Moskow.
Petunjuk tentang kemungkinan perundingan langsung muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan meninggalkan upaya menengahi gencatan senjata kecuali jika ada kemajuan yang dicapai. Pada saat yang sama, pemimpin AS tersebut terus menyatakan harapan bahwa kesepakatan sudah dekat dan bahkan dapat dicapai minggu ini.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam klarifikasinya mengungkapkan, tidak ada pembicaraan bilateral yang direncanakan saat ini. Ia mengatakan kepada wartawan bahwa, meskipun Rusia siap mempertimbangkan usulan Zelenskyy namun masalahnya rumit.
“Presiden menjelaskan kompleksitas topik ini. Jika kita berbicara tentang fasilitas infrastruktur sipil, kita perlu membedakan dengan jelas dalam situasi apa fasilitas ini dapat menjadi target militer, dan dalam situasi apa mereka tidak bisa,” katanya, seraya mencatat nuansa-nuansa yang perlu dibahas.
Peskov menambahkan jika Ukraina ingin berunding, mereka harus mengambil langkah-langkah untuk secara hukum menghilangkan hambatan bagi kontak semacam itu. Ini tampaknya merujuk pada dekrit Zelenskyy tahun 2022 yang melarang negosiasi dengan Putin, setelah Rusia mengumumkan pencaplokan empat wilayah Ukraina yang sebagian dikuasai pasukannya.
Ukraina dan sekutu-sekutunya di Eropa telah memberi tahu Washington bahwa mereka tidak boleh tertipu dengan mempercayai klaim Rusia bahwa mereka siap membahas gencatan senjata, sambil bersikeras bahwa Moskow menggunakan taktik menunda.
Para negosiator dari AS, Ukraina, Inggris, dan Prancis akan bertemu di London pada Rabu (23/4/2025) untuk putaran pembicaraan berikutnya guna mengakhiri perang, kata Zelenskyy. Diskusi tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan serupa di Paris minggu lalu.
Zelenskyy juga mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan radio France Info bahwa gencatan senjata Paskah merupakan operasi pemasaran yang dirancang Putin. Tujuannya untuk meredakan ketidaksabaran Trump yang semakin besar atas kegagalan Rusia menyetujui gencatan senjata.
Angkatan udara Ukraina melaporkan serangan rudal dan drone Rusia pada hari ini. Setidaknya Rusia telah meluncurkan 54 drone.
Sementara itu, media Rusia mengatakan militernya telah merebut kembali Biara Gornal St Nicholas Belogorsky, salah satu posisi terakhir yang dipegang pasukan Ukraina di wilayah Kursk.