Nama Simon Tahamata akhirnya resmi diumumkan sebagai figur baru di jajaran Timnas Indonesia. Sosok legenda Ajax Amsterdam berdarah Maluku itu dipercaya sebagai Kepala Pemandu Bakat (Head of Scouting) sepak bola nasional.
Pengumuman penunjukkan Simon sebagai Head of Scouting dilakukan pada Kamis (22/5/2025). Kehadiran Simon diharapkan dapat memperkuat pondasi pengembangan pemain nasional menuju Piala Dunia 2026 dan seterusnya.
Dalam keterangannya, sosok berusia 68 tahun itu mengaku sangat antusias mendapat peran barunya di Indonesia, yang notabene tanah kelahiran leluhurnya. Ia juga sudah tidak sabar untuk segera bergabung dan bekerjasama dengan tim kepelatihan yang dipimpin Patrick Kluivert.
“Pertama, terima kasih atas semua pesan yang baik yang saya terima. Saya menantikan bekerja bersama coach Patrick Kluivert dan staf teknis lainnya di Indonesia,” kata Simon dalam keterangan resminya.
Dalam perannya sebagai Kepala Pemandu Bakat, Simon akan bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan merekrut talenta potensial baik dari dalam negeri maupun diaspora Indonesia di luar negeri, khususnya di Belanda.
Dia akan bekerja sama erat dengan pelatih Patrick Kluivert, Gerald Vanenburg, Nova Arianto dan lain-lainnya untuk memastikan keberlanjutan, kualitas serta perkembangan Timnas dan sepak bola Indonesia.
Simon Tahamata dijadwalkan tiba di Indonesia pada akhir Mei mendatang. Besar kemungkinan, Simon juga akan menyaksikan langsung laga Timnas Indonesia versus China dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia putaran tiga, 5 Juni mendatang.
Profil Simon Tahamata
Simon Melkianus Tahamata lahir di Vught, Belanda, pada 26 Mei 1956. Meski lahir dan besar di Eropa, ia memiliki darah keturunan Maluku, Indonesia. Posturnya mungkin tak terlalu tinggi 1,64 meter, namun kemampuannya sebagai pemain sayap membuatnya disegani di Eropa.
Karier sepak bola profesional Tahamata dimulai sejak usia muda. Ia bergabung dengan klub lokal TSV Theole dari 1967 hingga 1971, sebelum masuk akademi Ajax Amsterdam hingga 1976. Debutnya di tim utama Ajax terjadi pada musim 1975–1976, dan ia langsung mencetak kesan saat timnya menang besar 7-0 atas FC Utrecht pada 24 Oktober 1976.
Bersama Ajax, Tahamata mencapai puncak kariernya dengan menjuarai Eredivisie sebanyak tiga kali (1976/1977, 1978/1979, dan 1979/1980), serta meraih Piala KNVB pada musim 1978/1979. Ia juga menjadi bagian dari skuad Ajax yang lolos ke semifinal Piala Eropa I musim 1979–1980. Total, ia mencatatkan 149 penampilan dengan 17 gol dan 33 assist bersama klub asal Amsterdam itu.
Pada 14 Juli 1980, ia pindah ke klub Belgia, Standard Liege. Di sana, ia turut membawa tim menjuarai Liga Belgia dua kali (1981/1982 dan 1982/1983) serta Piala Belgia pada 1981. Ia mencetak 40 gol dari 129 penampilan, dan sempat membawa tim ke final Piala Winners (Piala Eropa II) musim 1981–1982. Ia juga pernah meraih penghargaan “Man of the Season” di Liga Belgia dan penghargaan Fair Play.
Setelah empat tahun di Belgia, Tahamata kembali ke Belanda dan bermain untuk Feyenoord. Ia lalu kembali ke Belgia membela Beerschot dan Germinal Ekeren, sebelum pensiun sebagai pemain profesional pada 1996.
Simon Tahamata mencatatkan debutnya untuk Timnas Belanda pada 22 Mei 1979 dalam laga spesial peringatan 75 tahun FIFA melawan Argentina di Bern, Swiss.
Ia total tampil 22 kali dan mencetak dua gol untuk tim Oranje hingga tahun 1986.
Setelah gantung sepatu, Tahamata melanjutkan karier sebagai pelatih pemain muda. Ia pernah menangani akademi di beberapa klub ternama seperti Standard Liege, Beerschot, Al Ahli, dan Ajax Amsterdam.
Sejak 2015, selain aktif di Ajax, ia mendirikan sekolah sepak bola pribadi bernama Simon Tahamata Soccer Academy. Akademi ini bertujuan membina talenta muda dengan pendekatan teknik dan etika bermain yang telah menjadi ciri khasnya sejak aktif bermain.
Pada 3 Maret lalu, Ajax memberikan penghormatan khusus kepada Tahamata di Johan Cruyff Arena sebelum pertandingan melawan Utrecht.
Dalam momen emosional itu, ia disambut meriah oleh para pendukung Ajax. Sebuah spanduk besar bertuliskan “Oom Simon, Terima Kasih” menjadi bukti cintanya yang tak pernah padam dari publik Amsterdam.
Simon Tahamata dijadwalkan akan tiba di Indonesia pada akhir Mei mendatang untuk mulai menjalankan tugasnya sebagai Kepala Pemandu Bakat.
Ia akan bekerja sama dengan Patrick Kluivert, Gerald Vanenburg, Nova Arianto, dan tim teknis lainnya dalam merancang sistem pencarian dan pembinaan talenta terbaik, baik di dalam negeri maupun diaspora Indonesia di luar negeri, terutama Belanda.