Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman mengingatkan Presiden Prabowo Subianto untuk berhati-hati atas semua masukan atau ;bisikan’ dari para pembantunya, terkait kenaikan lifting minyak dan gas bumi (migas) nasional.
“Jangan sampai kena prank oleh pembantunya sendiri, karena adanya agenda lain. Khususnya mengenai berapa angka riil lifting migas kita. Penyebabnya karena apa Jangan-jangan infonya enggak benar, atau sifatnya sesaat saja,” kata Yusri di Jakarta, Minggu (10/8/2025).
Dia pun menyebut, kontribusi besar Blok Rokan terhadap produksi minyak yang bisa langsung dijual atau lifting minyak, merupakan salah satu tulang punggung Pertamina. Selain Blok Banyu Urip yang saat ini juga punya kontribusi besar.
“Baru-baru ini, Menteri Bahlil sesumbar bahwa produksi minyak nasional sekarang 608.000 barel per hari. Produksi terbesar bahkan pertama kali bisa melampaui target APBN 2025. Sabar sedikit, tenang dulu. Produksi naik karena onstream beberapa blok migas yang sudah lama rampung fasilitas produksinya. Jadi itu wajar,” ungkapnya.
Sayangnya, menurut Yusri, hingga hingga saat, Kementerian ESDM belum berhasil menemukan giant discovery migas yang bisa membuat lompatan tinggi untuk produksi skala nasional. “Mungkin nanti di akhir tahun akan terlihat secara utuh dan nyata produksi migas nasional berapa angkanya,” ungkap Yusri.
Terkait Blok Rokan yang pada 9 Agustus 2025 genap berusia 4 tahun kembali ke pangkuan pertiwi, karena dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dari tangan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) pada 9 Agustus 2021. Sayangnya, PHR gagal menaikan produksi minyak di Blok Rokan menjadi 400.000 barel per hari, sesuai harapan ketika Presiden Jokowi meninjaunya pada 5 Januari 2023.
“Ironisnya, kegagalan itu disertai arus kas yang berdarah-darah. Ini adalah suatu realitas yang menyedihkan akibat beban-beban salah strategi meningkatkan produksi yang membuat keekonomian WK Blok Rokan jadi tekor,” ungkap Yusri.
Sebelumnya, lanjut Yusri, beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ancang-ancang mengalihkan skema kontrak dari gross split ke cost recovery. Langkah ini untuk menyelamatkan diri dari berdarah-darahnya keuangan mereka.
“Achandra Tahar mantan Wamen ESDM sebagai penggagas gross split menggunakan konsultan Mackenzie tampaknya harus ikut bertanggungjawab karena diduga sebagai salah satu faktor menurunnya minat investasi sektor hulu migas,” kata Yusri.
Yusri juga mempertanyakan eks Dirut PHR yang tak pernah berprestasi namun justri dipercaya BPI Danantara masuk jajaran direksi perusahaan migas pelat merah. Menjabat sebagai direktur logistik dan infrastruktur sejak 13 Juni 2025. “Penebar angin surga produksi minyak sejuta barel per hari yang terbukti gagal, malah diberi kepercayaan besar,” ungkapnya.
Pemicu berdarah-darahnya keuangan PHR di masa lalu, lanjut Yusri, karena jor-joran saat pengeboran 1.600 sumur. Serta kesalahan pemilihan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).
“Padahal, Chevron sejak lama melarang pengeboran jor-joran untuk menahan laju penurunan produksi Blok Rokan. Mereka memilih metoda EOR yang terbukti berhasil,” kata Yusri.
Penggunaan teknologi Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) yang kurang tepat, menurut Yusri, membuat keuangan PHR tekor hingga Rp5,18 Triliun. Nilai tersebut berdasarkan persetujuan Plan of Development PoD CEOR oleh SKK Migas Lapangan Minas Tahap 1 senilai Rp1,48 triliun dan PoD Steam flood EOR Lapangan Rantau Bais Tahap 1 sebesar Rp3,7 triliun.
“Yang katanya bagian dari Komitmen Kerja Pasti PHR sebesar USD 500 juta ketika menang tender WK Rokan di Ditjen Migas Kementerian ESDM,” ungkap Yusri.
Indikasi kegagalan penggunaan metode CEOR, kata dia, sudah terlihat nyata saat ini akibat kurang tepatnya pilihan jenis CEOR atau injeksi kimia senilai Rp1,48 triliun.
“Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari beberapa kali pengujian core flood menggunakan native core (core riil asli) lapangan Minas. Ketiganya menghasilkan total recovery factor (RF) setelah water flood, chemical flood dan chase water di kisaran 60 persenan, masih jauh dari pengujian menggunakan core synthetic yang bisa mencapai 90 persen,” pungkasnya.