Presiden AS Donald Trump akhirnya memutuskan tarif impor bagi Indonesia sebesar 19 persen dengan sejumlah syarat. (Foto: AFP/Andrew Hanik)
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com
Badai tarif impor Amerika Serikat (AS) yang sempat menghantui produk Indonesia akhirnya mereda. Presiden AS Donald Trump resmi mengumumkan penurunan tarif impor bagi barang dari Indonesia menjadi 19 persen, lebih rendah dari angka sebelumnya yang dipatok 32 persen.
Keputusan ini disampaikan Trump sebagai bagian dari kesepakatan dagang bilateral.
“Mereka akan membayar 19 persen dan kami tidak akan membayar apapun… kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia, dan kami memiliki beberapa kesepakatan yang akan diumumkan,” tegas Trump, Selasa (15/7/2025) waktu setempat, seperti dikutip dari Reuters.
Tak hanya itu, Trump juga blak-blakan soal komitmen Indonesia dalam perjanjian ini. Jakarta sepakat membeli 50 jet Boeing, ditambah dengan energi AS senilai US$15 miliar dan produk pertanian Amerika senilai US$4,5 miliar.
“Banyak di antaranya adalah Boeing 777,” imbuh Trump, dilansir AFP.
Negosiasi Alot Berbuah Manis
Sebelum pengumuman resmi ini, Trump sempat mengunggah kabar gembira di akun Truth Social-nya, “Kesepakatan Besar, untuk semua orang, baru saja membuat kesepakatan dengan Indonesia. Saya membuat kesepakatan langsung dengan Presiden mereka yang paling dihormati. DETAILNYA MENYUSUL!!!”
Kisruh tarif impor ini bermula ketika Trump bersikukuh mengenakan tarif resiprokal 32 persen mulai 1 Agustus 2025. Namun, Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam. Negosiasi pun berlanjut selama 90 hari, menunjukkan keteguhan Indonesia dalam menghadapi kebijakan proteksionis AS.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjadi ujung tombak negosiasi ini. Ia bahkan bolak-balik ke Washington, AS, untuk memastikan kepentingan Indonesia terlindungi.
Pada 9 Juli 2025, setelah berdialog dengan US Secretariat of Commerce Howard Lutnik dan United States Representative Jamieson Greer, Airlangga berhasil mengantongi penundaan penerapan tarif resiprokal 32 persen.
“Jadi pertama tambahan 10 persen (anggota BRICS) itu tidak ada. Yang kedua waktunya adalah kita sebut pause, jadi penundaan penerapan untuk menyelesaikan perundingan yang sudah ada,” jelas Airlangga.
Dari lawatannya tersebut, Indonesia diberikan waktu tiga minggu untuk memfinalisasi negosiasi lanjutan. Hasilnya? Penurunan tarif impor yang signifikan dan potensi peningkatan kerja sama dagang antara kedua negara.