Pengamat Pendidikan dari Universitas Paramadina Totok Amin merespons positif rencana program Sekolah Rakyat pemerintahan Prabowo Subianto yang dikhususkan bagi kaum prasejahtera di Indonesia.
Namun, ia tak memungkiri wacana ini sering dicurigai populis secara politik. Padahal, kebijakan ini sangat penting untuk negara berkembang seperti Indonesia mengingat banyak rakyatnya yang belum terdidik.
“Lebih dari 50 persen tenaga kerja kita misalnya masih lulusan SD. Singkatnya, kebijakan Sekolah Rakyat bagus dan mulia. Nah, yang kemudian menjadi titik perhatian semestinya adalah implementasinya. Kebijakan ini sangat rawan melenceng dari tujuan yang mulia tersebut dari beberapa aspek,” kata Totok kepada Inilah.com, Jakarta, Senin (26/5/2025).
Ia menerangkan, yang menjadi sorotan utama yakni pengadaan guru dan tenaga pendidik termasuk kepala sekolah. Mulai dari segi jumlah, mutu dan status kepegawaiannya.
“Jumlahnya sudah memadai dan tersedia? Mutu dan kompetensinya, apakah sudah sesuai dengan metode pembelajaran di kelas dan di luar kelas? Status kepegawaian, apakah direkrut baru atau yang sudah ada? Kalau baru, apakah ada proses orientasi dan pelatihan mengenai penerapan Sekolah Rakyat? Kalau dari guru lama yang ada, apakah ada penggantian untuk sekolah yang ditinggalkan?,” tuturnya.
Selain itu, Totok juga mengamati perihal kurikulum dan metode pengajaran di sekolah rakyat nantinya. Apakah akan menerapkan pembelajaran yang efektif, buat anak-anak dari keluarga miskin yang secara fisik dan mental masih banyak kekurangan.
“Ketiga, sarana dan prasarana. Bagaimana menyiapkan gedung dan seluruh keperluan pembelajaran di kelas? Dan masih banyak lagi. Sebenarnya, pemerintah tidak perlu membuat konsep sekolah baru. Yang paling urgent adalah membuka akses seluas mungkin buat anak-anak kita, miskin atau kaya, untuk bersekolah,” jelas Totok.
Sebelumnya, Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto merupakan bukti kepedulian pemerintah terhadap masa depan masyarakat miskin dan miskin ekstrem. Melalui program ini, Prabowo ingin kondisi yang memprihatinkan ini tak jadi warisan bagi generasi berikutnya.
“Presiden tujuannya adalah memuliakan orang-orang miskin dan memotong transmisi kemiskinan. Silakan orang kaya sekolah di sekolah-sekolah yang sesuai dengan keinginan mereka, dan jangan masuk di sekolah rakyat ini. Karena ini memang untuk rakyat kita yang masih miskin atau miskin ekstrem,” kata Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono dalam salah satu diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/5/2025).
Meski untuk anak dari kalangan miskin dan miskin ekstrem, Agus mengatakan fasilitas yang akan dinikmati para siswa Sekolah Rakyat tidak kalah dengan sekolah berkualitas unggulan seperti SMA Taruna Nusantara di Magelang dan juga CT Arsa di Sukoharjo.
“Untuk masalah siswanya, mereka harus pegang iPad, harus pegang laptop, dan ini sudah disiapkan. Dan hasilnya, mereka tidak hanya pintar, tapi juga punya keterampilan dan punya talenta,” ucapnya.
Harapannya, kata Agus, anak-anak yang usai menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat akan menjadi lulusan yang unggul dengan keterampilan memadai, bisa bersaing.