Empat petenis terbaik akan bentrok di semifinal Mutua Madrid Open 2025, Kamis (1/5/2025).
Unggulan pertama Aryna Sabalenka, masih on the track untuk mempertajam rekor sebagai petenis nomor 1 dunia
Sabalenka diuji dengan keras oleh Marta Kostyuk yang berbakat dalam pertandingan yang membutuhkan dua tiebreak yang sangat menegangkan. Sabalenka tampil tangguh dan luar biasa, menang 7-6(4), 7-6(7).
Sabalenka selanjutnya akan berhadapan dengan unggulan ke-17 Elina Svitolina, yang menang telak 6-2, 6-1 atas pemain yang tidak diunggulkan Moyuka Uchijima.
Semifinal lainnya akan mempertemukan unggulan kedua Iga Swiatek melawan unggulan keempat, Coco Gauff.
Swiatek kalah di set pertama melawan Madison Keys dan bangkit untuk menang 0-6, 6-3, 6-2. Gauff mengalahkan Mirra Andreeva yang baru berusia 18 tahun dengan skor 7-5, 6-1.
“Setiap kali saya datang ke sini, saya selalu berharap bisa bertahan sampai tahap terakhir,” kata Sabalenka usai laga perempat final.
Svitolina berusia 30 tahun musim gugur lalu dan ini adalah penampilan terbaiknya sejak mencatat 15 kemenangan beruntun pada tahun 2017. Tidak ada yang lebih banyak menang di lapangan tanah liat tahun ini. Kemenangan terakhirnya adalah kemenangan definitif 6-2, 6-1 atas Moyuka Uchijima yang mengejutkan. Svitolina memenangkan 30 dari 45 poin dengan servisnya dan mematahkan servis Uchijima sebanyak lima kali.
“Saya menghadapi tantangan berat di semifinal. Saya mencoba untuk tidak terlalu fokus pada angka-angka karena terkadang angka-angka itu bisa mengganggu, tetapi tentu saja semua orang dan setiap perbincangan menyebutkan hal itu. Saya memperoleh kepercayaan diri dari semua statistik yang saya miliki,” kata Svitolina.
Swiatek telah memenangi sembilan pertandingan berturut-turut di Madrid — dan 15 dari 16 pertandingan dimulai sejak kekalahannya atas Sabalenka di final 2023.
Swiatek punya rekor bagus melawan Gauff, menang 11 kali dari 14 pertemuan keduanya.
Lebih bahaya lagi, Gauff tidak pernah mengalahkan Swiatek di lapangan tanah liat. Tentu ini akan jadi tantangan tersendiri bagi Gauff untuk merusak mimpi Swiatek back to back juara di Madrid.