Setop Belanja Surat Utang AS, China Ancang-ancang Bangun Kekaisaran Ekonomi Baru

Setop Belanja Surat Utang AS, China Ancang-ancang Bangun Kekaisaran Ekonomi Baru

Iwan Medium.jpeg

Selasa, 22 Juli 2025 – 12:58 WIB

Ilustrasi perang dagang AS dan China. (Foto: J Studios/DigitalVision)

Ilustrasi perang dagang AS dan China. (Foto: J Studios/DigitalVision)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Pelan tapi pasti, pamor mata uang negeri Paman Sam, dolar AS terus meredup. Semakin banyak negara yang meninggalkannya, termasuk China.

Saat ini, China sedang mempersiapkan kekuatan ekonomi baru, menggantikan AS yang bakal terjun bebas. Dikutip dari akun X yakni @wmhuo168, milik William Huo, Kepala Perwakilan Intel Pertama di Beijing, meramalkan terjadinya pergeseran ekonomi global. Bisa jadi akan lahir tatanan dunia baru yang menghempaskan AS.  

Saat ini, Tiongkok (China) menghentikan pembelian surat utang AS yang membuat dolar AS terjun bebas. “Ini bukan sekadar pergeseran ekonomi. Ini adalah akhir dari tatanan dunia baru,” tulis Huo, dikutip Selasa (22/7/2025).

Ketika neraca perdagangan Tiongkok mengalami surplus, semuanya digunakan untuk  memborong surat utang AS. Tapi itu dulu. Kini, Beijing sudah muak membeli surat utang dari kekaisaran yang sedang merosot. Saatnya (Tiongkok) membangun kekaisaran sendiri. Caranya bagaimana?

Pertama, Tiongkok memilih belanja aset riil. Negeri Panda ini, bakal gila-gilaan menimbun tembaga, lithium, kobalt, minyak dan kedelai. Aset ini memang tidak menghasilkan keuntungan 3 persen, namun aset ini tidak bisa dibekukan, didevaluasi atau dikenai sanksi. Karena aset ini menyimpan kekuatan, bukan janji.

Kedua, Tiongkok akan mengembangkan diplomasi infrastruktur. Sabuk (jembatan) dan jalan bukanlah amal. Tiongkok akan menukar jembatan, pelabuhan dan jaringan listrik dengan akses komoditas dan pengaruh politik. IMF memberikan ceramah, Tiongkok memberikan jalan.

Ketiga, kepemilikan pemerintah. Bagi Tiongkok, memiliki aset riil lebih utama ketimbang lainnya. Mengapa membeli obligasi pemerintah jika Anda bisa memiliki tambangnya? Modal Tiongkok mengalir ke pelabuhan, tambang energi, kereta api, teknologi dan lahan pertanian dari Argentina hingga Kazakhstan.

Keempat, pertukaran mata uang. Tiongkok mendorong penggunaan mata uangnya yakni Renminbi (RMB), untuk berdagang dengan Rusia, Iran, Pakistan dan Brasil. Tidak butuh dominasi global. Kepercayaan bilateral yang cukup untuk melemahkan dolar AS di koridor-koridor utama.  

Kelima, investasi internal. Surplus itu tidak terbuang sia-sia. Digunakan untuk investasi berupa pembangunan chip, kereta api, energi hijau, dan rantai pasokan kendaraan listrik. Tiongkok tidak membutuhkan keuntungan finansial. Tiongkok membutuhkan keuntungan strategis.

Selain itu, Tiongkok tahu, utang AS hanyalah permainan yang curang. Bukan imbal hasil. Lebih tepat upeti. Anda meminjamkan surplus kepada kami (AS). Kami mencetak kertas. Kami bisa memberikan sanksi kapan pun kami mau. Beijing sudah muak.

Alih-alih membeli obligasi, Tiongkok malah mengulur waktu. Saat ini, waktunya menata-ulang arus perdagangan. Waktunya meningkatkan basis konsumen. Waktunya mengunci sumber daya. Waktunya membangun dunia di mana dominasi dolar AS bersifat opsional.

Saat ini, bukan masalah keuangan yang sedang dihadapi Tiongkok. Ini adalah pergeseran identitas. Dari pemberi pinjaman pasif menjadi pembentuk aktif sistem global. Surplus adalah pedang. Bukan rekening tabungan.

Sementara itu, AS masih membutuhkan negara lain untuk membeli surat utangnya. Angkanya triliunan tiap tahun. Seiring berjalannya waktu, angkanya menipis. Jepang menua, Eropa bangkrut. Tiongkok tidak akan bangkit.

Suku bunga naik. Inflasi pun ikut naik. Alhasil, bank sentral AS (The Fed) harus mencatat uang dalam jumlah besar. Tak seorang pun mau mengakui, pesta sudah usai. Tapi kenyataan memang begitu, Tiongkok baru saja meninggalkan kasino.

“Permainan barunya adalah kendali sumber daya. Dominasi infrastruktur, kedaulatan energi bukan spreedsheet. Dan, Tiongkok tidak bermain untuk memenangkan permainan lama. Namun untuk menguburnya,” pungkas Huo.

Topik
Komentar

Komentar