Sikap Langka Jerman: Desak Israel Gencatan Senjata di Gaza

Sikap Langka Jerman: Desak Israel Gencatan Senjata di Gaza


Jerman membuat pernyataan yang tak biasa. Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul secara gamblang mendesak Israel untuk segera menghentikan krisis kelaparan di Jalur Gaza. Seruan ini disampaikannya usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri RI Sugiono di Jakarta, Rabu (20/8/2025).

Wadephul menegaskan, Israel harus mengambil sikap tegas untuk mengatasi penderitaan warga Gaza.

“Anda tahu bahwa kami mendukung perlawanan Israel terhadap milisi Hamas, namun kami juga merasa penderitaan rakyat Gaza tak tertahankan dan mendesak Israel untuk mengambil tindakan lebih lanjut yang dapat meringankan penderitaan ini,” ujar Wadephul.

Tak hanya itu, Wadephul juga menyerukan semua pihak agar segera mencapai gencatan senjata. Ia juga mendesak pembebasan seluruh tawanan yang ditahan oleh Hamas.

“Saat ini, saya ingin mengulangi kembali seruan saya kepada semua pihak untuk mengupayakan kemungkinan gencatan senjata dan pembebasan sandera Hamas,” kata Wadephul.

Menurutnya, saat ini adalah peluang nyata untuk menyelesaikan konflik. “Banyak negara-negara yang turun tangan mengenai masalah ini. Saya percaya kita semua ingin konflik mengerikan ini diatasi melalui proses damai,” imbuhnya.

Agresi brutal Israel di Jalur Gaza telah menelan korban lebih dari 61.000 orang, dengan mayoritas adalah anak-anak dan perempuan. Blokade yang dilakukan Israel terhadap bantuan kemanusiaan telah memicu krisis kelaparan akut. Banyak warga Gaza meninggal dunia akibat malnutrisi, di samping serangan militer yang tiada henti.

Melihat kondisi ini, berbagai negara, termasuk sejumlah negara Barat, mulai geram dan menuntut Israel mengakhiri blokade. Sebagian bantuan kemanusiaan kini mulai diizinkan masuk, meskipun masih dengan banyak pembatasan.

Sementara itu, Qatar dan Mesir telah mengajukan proposal gencatan senjata kepada Hamas dan Israel. Proposal itu mencakup penghentian perang selama 60 hari dan pembebasan sisa sandera. Hamas telah menyatakan setuju, namun Israel belum memberikan tanggapan resmi.

Komentar