Di bawah sinar mentari bulan Mei yang hangat, bunga sakura dan bunga persik mekar dengan indah di sepanjang jalan setapak yang berkelok-kelok di Taman Hutan Pulau Changbai, yang terletak di tepi Sungai Hunhe.
Qu Qing, seorang warga Kota Shenyang di China timur laut, berjongkok di samping serumpun bunga liar ungu bersama putranya, sambil memegang ponsel di tangannya.
Beberapa ketukan dan detik kemudian, aplikasi seluler yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI) memberikan jawaban Orychophragmus violaceus, yang dikenal dalam bahasa Mandarin sebagai Zhuge cai, sebuah bunga liar musim semi yang umum dan memiliki khasiat obat.
“Tunggu, bunga kecil ini bisa jadi obat?” tanya anak laki-laki berusia lima tahun itu dengan mata yang membelalak keheranan.
“Dulu, jika kita tidak mengenal suatu tanaman, kita harus mencarinya di buku. Sekarang, saya tinggal memotret dan AI akan memberitahu nama tanaman, ciri-cirinya, bahkan kegunaannya sebagai obat,” kata Qu sambil memperlihatkan aplikasi identifikasi tanaman di ponselnya.
Setelah mengidentifikasi bunga, aplikasi tersebut tidak hanya menampilkan fakta dasar. Aplikasi itu juga menyajikan referensi puisi dan anekdot budaya yang berkaitan dengan tanaman tersebut. Untuk beberapa bunga, aplikasi itu bahkan memberikan tips praktis tentang cara menanamnya.
Mengutip Xinhua, teknologi AI dan sederet teknologi pintar lainnya, yang dulu dianggap membuat orang terikat pada layar, kini justru menarik orang ke alam liar dengan mengubah aktivitas jalan-jalan biasa menjadi petualangan bunga interaktif.
Meningkatnya popularitas aplikasi identifikasi tanaman membantu mendorong perubahan tersebut.
Dengan hanya sebuah foto, pengguna dapat mengidentifikasi bunga dalam hitungan detik menggunakan aplikasi seperti Xingse, yang mendukung pengenalan lebih dari 4.000 spesies tanaman umum dengan tingkat akurasi melampaui 98 persen.
Di App Store Apple di China, aplikasi tersebut telah mendapatkan lebih dari 530 ribu ulasan dan memiliki rating impresif 4,9 bintang dari 5.
“Saat masih kecil, saya selalu berharap bisa mengetahui nama-nama tumbuhan di pinggir jalan dan cerita di baliknya. Sekarang, aplikasi ini mewujudkan impian itu. Saya hanya berharap mereka segera merilis versi untuk serangga dan hewan,” tulis salah satu komentar yang paling disukai.
Flower Companion, aplikasi populer lainnya, memanfaatkan perpustakaan gambar yang luas dari basis data gambar tanaman China dan memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi tanaman hanya dengan memotret ciri-ciri utama seperti bunga, daun atau buahnya.
Sementara itu, beberapa pengembang AI China sedang melatih model besar menggunakan jaringan saraf tiruan (neural networks) yang mendalam dan jutaan gambar tanaman yang dilabeli sehingga membawa kemampuan pengenalan yang canggih ke pengguna sehari-hari.
Seiring dengan berkembangnya wisata menikmati pemandangan bunga di China, banyak aplikasi yang melangkah lebih jauh.
Banyak aplikasi kini mengintegrasikan mahadata (big data) tentang persebaran tanaman untuk merekomendasikan lokasi terdekat. Pengguna dapat mengeksplorasi bunga-bunga yang sedang bermekaran di sekitar mereka, melihat gambar yang dibagikan oleh pengguna lain, dan menavigasi peta interaktif untuk check in di titik-titik populer, menjadikan perjalanan mengamati bunga lebih sosial dan menarik.
Perusahaan teknologi juga mulai terjun ke bidang kesehatan tanaman. Beberapa perusahaan kini meluncurkan ‘dokter tanaman’ berbasis AI untuk membantu para pemula dalam berkebun menjadi ahli berkebun yang percaya diri.
Salah satu alat tersebut, yaitu program mini WeChat AI·Flower yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi berbasis di Fujian bernama Huaaiwo, baru-baru ini diluncurkan dan menarik perhatian baik dari para profesional industri maupun penggemar berkebun.
Ketika tanaman menunjukkan gejala masalah, petani dapat dengan mudah mengambil beberapa foto dan mengunggahnya ke aplikasi mini. Didukung oleh teknologi pengenalan gambar canggih dan basis pengetahuan patologi tanaman yang luas, mesin AI dengan cepat menganalisis masalah tersebut.
“Kami berharap dapat memanfaatkan teknologi untuk mengatasi tantangan-tantangan yang telah lama ada dalam berkebun tradisional, mengurangi hambatan untuk memulai, dan memungkinkan semua orang merasakan kebahagiaan menanam tanaman,” kata Chairman Huaaiwo Zheng Zexin.
Perusahaan itu juga akan meluncurkan modul perawatan cerdas yang membantu petani memantau pertumbuhan tanaman mereka dan memberikan pengingat pintar untuk penyiraman dan pemupukan berdasarkan kondisi lingkungan dan kesehatan tanaman.
“Seperti asisten yang peduli dalam perawatan tanaman,” ujar Zheng.
Teknologi tidak menggantikan alam dalam kehidupan sehari-hari manusia, melainkan menghubungkan kembali manusia dengan alam. Seperti yang diungkapkan oleh seorang pengguna di platform media sosial Douyin, versi China dari TikTok,
“Aplikasi-aplikasi ini seperti ‘ensiklopedia botani’ di ponsel setiap orang. Teknologi tidak menjauhkan kita dari alam, melainkan membantu kita memahami alam dengan lebih baik dan mencintai alam lebih dalam lagi.”