Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, merespon surplus neraca perdagangan yang hanya USD 0,16 persen. Dia mengatakan hal itu disebabkan karena kebijakan tarif impor yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
“Kebijakan yang dilakukan di Amerika Serikat dari bulan April kan dampaknya terlihat di bulan April dan Mei ini, kalau di bulan April masih diumumkan shipment sudah jalan, kita lihat bulan Mei-nya dampak di seluruh dunianya,” ujar Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/6/2025).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa impor ke Amerika memang turun usai adanya tarif impor Trump. Imbasnya, ekspor produk dari berbagai negara yang butuh bahan baku dari Indonesia juga turun.
“Jadi ekspor ke Amerika turun, ekspor ke berbagai negara juga turun jadi memang akan terasa terlihat,” kata dia.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia memiliki surplus neraca perdagangan pada bulan April 2025. Sepanjang April, neraca perdagangan surplus USD 0,16 miliar.
“Pada April 2025 neraca perdagangan barang mencatat surplus USD 0,16 miliar dan neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 60 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini saat konferensi pers secara virtual, Jakarta, Senin (2/6/2025).
Lebih lanjut, dia mengatakan surplus 2025 lebih ditopang pada sektor nonmigas sebesar USD 1,51 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani atau nabati, serta besi dan baja.
“Saat yang sama neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD 1,35 miliar dengan komoditas penyumbang defisitnya adalah hasil minyak dan minyak mentah,” kata dia.
BPS juga melaporkan neraca perdagangan kumulatif sepanjang Januari hingga April 2025. Pudji menyampaikan, hingga April 2025 neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD 11,07 miliar.
“Surplus kumulatif lebih banyak ditopang oleh komoditas nonmigas yang mencatat surplus sebesar USD 17,26 miliar. Sementara komoditas migas masih mengalami defisit sebesar USD 6,19 miliar,” paparnya.