Swedia mengaku tengah menjalin komunikasi dengan Israel setelah militer rezim Zionis itu mencegat kapal bantuan ke Gaza di perairan internasional dan menahan penumpangnya, termasuk aktivis iklim Greta Thunberg.
Kantor pers Kementerian Luar Negeri Swedia mengatakan pihaknya terus memantau situasi usai Israel menahan sejumlah aktivis di atas kapal bernama Madleen itu.
“Kementerian Luar Negeri dan perwakilan terkait di luar negeri telah mengetahui situasi ini dan sedang memantau perkembangannya,” ujar kantor tersebut dalam pernyataannya, yang dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (10/6/2025).
Disebutkan, Kemlu Swedia dan Kedutaan Besar Swedia di Tel Aviv saat ini tengah berkomunikasi dengan otoritas setempat dan mengikuti perkembangan secara seksama.
Pada Senin pagi, kapal Madleen yang berbendera Inggris dicegat dan digeledah oleh pasukan Israel sebelum mencapai Gaza. Kapal itu kemudian ditarik ke pelabuhan Israel.
“Jika bantuan konsuler dibutuhkan, Kedutaan Besar dan Kementerian Luar Negeri akan mengevaluasi cara terbaik untuk memberikan bantuan kepada warga negara Swedia,” sebut pernyataan itu.
Kapal tersebut mengangkut 12 orang untuk misi kemanusiaan, yang terdiri dari 11 aktivis dan seorang jurnalis.
Selain Greta Thunberg, aktivis lainnya adalah Yasemin Acar dari Jerman; Baptiste Andre, Pascal Maurieras, Yanis Mhamdi, dan Reva Viard dari Prancis; Thiago Avila dari Brazil; Suayb Ordu dari Turki; Sergio Toribio dari Spanyol; Marco van Rennes dari Belanda; serta Omar Faiad, jurnalis Al Jazeera Mubasher dari Prancis.
Anggota Parlemen Eropa berdarah Prancis-Palestina, Rima Hassan, juga termasuk yang ditahan oleh Israel.
Freedom Flotilla Coalition (FFC), LSM internasional yang mengorganisasi misi tersebut, mengirim Madleen dari Sisilia, Italia, untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, wilayah kantong Palestina yang diblokade oleh Israel.
Kapal itu membawa bantuan mendesak bagi warga Gaza, termasuk susu formula bayi, tepung, beras, popok, pembalut wanita, perangkat penyulingan air, perlengkapan medis, kruk, serta kaki dan tangan palsu untuk anak-anak.
Sejak awal Maret lalu, Israel telah menutup semua jalur masuk ke Gaza. Badan-badan kemanusiaan memperingatkan bahwa kelaparan mengancam 2,4 juta penduduk di wilayah itu.
Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas dugaan kejahatan terhadap warga sipil di wilayah itu.