Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Pandjaitan mengumumkan telah bertemu dengan CEO SkyTeam dan tim untuk menjajaki kolaborasi lebih lanjut di masa depan. SkyTeam merupakan satu dari tiga perkumpulan maskapai-maskapai raksasa di dunia.
“Semoga kerjasama yang telah terjalin akan makin erat dan membawa manfaat lebih banyak lagi kepada para pelanggan,” tulis Wamildan di akun Instagramnya dikutip pada Senin (26/5/2025).
Wamildan tidak menjelaskan lebih detail jenis kolaborasi yang sedang dijajaki. Dia hanya mengungkap rapat dengan CEO SkyTeam dan tim dilakukan pada 14 Maret 2025.
“Sejak menjadi anggota SkyTeam lebih dari satu dekade lalu, Garuda Indonesia mampu menawarkan konektivitas rute yang luas pada pelanggan kami. Dalam diskusi ini, SkyTeam memperkenalkan beberapa program baru mereka yang dapat makin memperkuat jaringan internasional Garuda Indonesia,” tulis Wamildan.
SkyTeam didirikan pada Juni 2000 dan Garuda Indonesia bergabung dengan aliansi ini pada 5 Maret 2014. Selain Garuda Indonesia, maskapai papan atas dari kawasan Asia lainnya yang bergabung dengan SkyTeam adalah Korean Air dan Vietnam Airlines.
Terhitung sampai Januari 2024, SkyTeam beranggotakan 19 maskapai penerbangan aktif dari lima benua di dunia. Aliansi dan anggotanya memiliki 750 lounge di seluruh dunia, termasuk longue milik Garuda.
Kolaborasi Garuda Indonesia dan SkyTeam ditujukan untuk memperkenalkan maskapai pelat merah ini ke kancah internasional. Sebuah riset menemukan kolaborasi ini bisa meningkatkan reputasi Garuda Indonesia.
Tak hanya itu, kolaborasi ini juga berdampak positif pada aspek ekonomi di industri penerbangan Indonesia, yang diperoleh dari naiknya kerja sama ‘Code Share’ dengan rute penerbangan domestik dan internasional yang selalu dipadati penumpang. Pada kuartal I-2025, Garuda Indonesia tercatat melayani total 5,12 juta penumpang termasuk dari Citilink.
Di bawah kepemimpinan yang baru, Garuda Indonesia Group mengumumkan pendapatan burung besi itu pada kuartal I-2025 naik 1,6% dibanding tahun lalu atau menjadi US$723,56 juta (Rp11,7 triliun). Ini adalah sebuah pencapaian yang tak bisa dipandang sebelah mata di tengah tingginya tantangan global.