Trump Bakal Menyerah Mengurangi Tarif dengan China?

Trump Bakal Menyerah Mengurangi Tarif dengan China?


Gedung Putih mempertimbangkan pengurangan tarif untuk meredakan ketegangan perdagangan dengan China. Pertimbangan tersebut bertepatan dengan meningkatnya kritik dari komunitas bisnis, yang bergulat dengan melonjaknya biaya impor, meningkatnya inflasi, dan terganggunya jaringan pasokan.

Laporan The Wall Street Journal, kemarin mengutip individu-individu yang mengetahui masalah tersebut menyebutkan, pemerintahan Trump sedang menjajaki opsi mengurangi tarif impor China. 

Meskipun belum ada langkah pasti yang diambil, para pejabat dilaporkan sedang mengevaluasi pemotongan tarif signifikan, sehingga kemungkinan akan mengurangi bea masuk menjadi sekitar 50% hingga 65%. Pengurangan yang diusulkan ini bertujuan untuk meringankan sebagian tekanan ekonomi akibat perang tarif. 

Presiden Trump telah mengakui secara terbuka bahwa tarif 145% saat ini terlalu berlebihan, dengan menyatakan, “145 persen sangat tinggi dan tidak akan setinggi itu,” yang menandakan kemungkinan adanya perubahan arah.

Secara paralel, pemerintah juga mempertimbangkan kerangka tarif berjenjang. Berdasarkan model ini, barang yang dinilai tidak mengancam keamanan nasional dapat dikenakan tarif sebesar 35%. Sementara produk yang dikategorikan sebagai barang vital strategis mungkin masih dikenakan tarif minimal 100%. 

Usulan itu bertujuan menyeimbangkan keharusan keamanan nasional dengan kebutuhan untuk mengurangi tekanan pada industri yang bergantung pada rantai pasokan asing.

Penurunan Tarif

Sebelumnya pada bulan April, Gedung Putih memberlakukan tarif universal sebesar 10% untuk semua impor, serta bea masuk timbal balik tambahan yang mencapai hingga 245% bagi negara-negara dengan surplus perdagangan besar, terutama China. 

Langkah besar ini, yang merupakan bagian dari apa yang disebut pemerintah AS sebagai “Hari Pembebasan,” disambut dengan pembalasan cepat dari Beijing dan menimbulkan kekhawatiran atas potensi keruntuhan dalam perdagangan bilateral.

Menghadapi penolakan dari industri-industri utama, terutama sektor teknologi, pemerintahan Trump telah mulai mengurangi beberapa langkah agresifnya. Pada 12 April, diumumkan bahwa berbagai macam barang elektronik, termasuk telepon pintar, laptop, dan semikonduktor, akan dikecualikan dari tarif baru. 

Kategori-kategori produk ini, yang sebagian besar dibuat di China, sangat penting bagi pasar konsumen dan infrastruktur teknologi AS. Pengecualian tersebut, yang berlaku surut hingga 5 April, menggarisbawahi pengakuan diam-diam pemerintah bahwa kebijakan tarif menyeluruh tidak mungkin berkelanjutan dilihat dari sisi ekonomi.

Ketidakpuasan publik juga meningkat. Jajak pendapat Reuters/Ipsos baru-baru ini menemukan bahwa hanya 37% warga Amerika menyetujui pengelolaan ekonomi Presiden Trump, dengan kekhawatiran akan resesi yang semakin meningkat. 

Pakar industri dan analis perdagangan menyarankan penyesuaian tarif merupakan langkah yang diperhitungkan untuk memulihkan kepercayaan investor dan memberi sinyal kepada mitra internasional bahwa AS bersedia mengkalibrasi ulang pendekatannya.

Meskipun pemerintah terus membenarkan tarif sebagai alat untuk menyeimbangkan kembali perdagangan dan melawan ancaman strategis, pengecualian dan potensi pemotongan mengungkapkan realitas yang lebih kompleks. Realitas di mana saling ketergantungan ekonomi, khususnya dalam manufaktur berteknologi tinggi, membatasi ruang gerak Washington. 

Komentar