Udara Jakarta menduduki posisi terburuk ketiga di dunia. Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Gubernur Pramono Anung, guna menjaga keselamatan kelompok warga sensitif dari paparan kualitas udara yang tidak sehat.
Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno meminta pemerintah daerah segera melakukan upaya pencegahan agar tingginya polusi udara pada 2022 dan 2023 tidak terulang kembali. Dia menekankan, perlunya dipersiapkan langkah preventif jangka pendek, menengah, dan panjang agar masyarakat tidak terdampak berbagai penyakit seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
“Upaya jangka pendek bisa berbentuk sosialisasi dan imbauan ke masyarakat untuk lebih menggunakan transportasi publik listrik, tidak membakar sampah, sampai dengan penggunaan masker ketika berada di ruang terbuka. Namun kita juga rancang solusi jangka panjangnya,” kata Eddy dalam keterangannya diterima di Jakarta, dikutip Minggu (1/6/2025).
Sebagai solusi jangka panjang untuk mengurangi polusi udara, Eddy mendorong kebijakan penguatan dan perluasan transportasi umum ramah lingkungan. Langkah pertama adalah elektrifikasi transportasi publik yang harus ditingkatkan secara signifikan baik dari jumlah armada maupun jangkauan wilayahnya, khususnya ke kawasan padat penduduk di wilayah sekitar Jakarta
Kebijakan selanjutnya menurut Eddy adalah penanganan sampah yang terintegrasi dengan pengembangan teknologi terbaru waste to energy (WTE). Penerapan teknologi WTE atau pengolahan sampah menjadi energi sudah mulai diadopsi di beberapa kota, seperti Surabaya dan Solo, melalui proyek pengelolaan sampah menjadi energi listrik (PSEL) di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.
Eddy juga berharap agar kualitas BBM yang digunakan dapat ditingkatkan agar mengurangi kadar polusi akibat kegiatan transportasi. Eddy menyebut BBM jenis Pertalite (RON 90) yang digunakan mayoritas pengguna mobil dan sepeda motor termasuk penyumbang utama polusi udara.
“Oleh karenanya, kita perlu mendorong penggunaan jenis BBM dengan oktan lebih tinggi seperti Pertamax Turbo (RON 98) yang setara dengan Euro 4, atau meningkatkan campuran biofuel ke dalam BBM kita sebagaimana telah dilakukan di BBM jenis solar. Kendaraan mewah atau dengan ukuran mesin tertentu sudah selayaknya mengonsumsi BBM beroktan tinggi,” ucap dia.
Sekadar catatan, data IQAir per Sabtu (31/5/2025) menunjukkan AQI Jakarta berada di angka 154 akibat polusi PM2.5 dengan konsentrasi 60 mikrogram per m3 (meter kubik).