Anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan suara pada resolusi yang menyerukan gencatan senjata dan akses kemanusiaan tanpa batas di Gaza, di markas besar PBB di New York City pada 4 Juni 2025. (Foto: AFP/Leonardo Munoz)
Anggota Dewan Keamanan PBB marah dan kesal setelah Amerika Serikat setelah memveto resolusi yang menyerukan gencatan senjata dan akses kemanusiaan tanpa batas di Gaza serta dihormati oleh semua pihak.
Ini adalah pemungutan suara pertama badan beranggotakan 15 negara tersebut tahun ini mengenai situasi di Palestina. Veto tersebut menandai tindakan pertama Washington sejak Presiden AS Donald Trump menjabat pada bulan Januari. November lalu AS – sekutu utama Israel – juga memblokir teks yang menyerukan diakhirinya pertempuran.
“Hari ini, Amerika Serikat mengirim pesan yang kuat dengan memveto resolusi Dewan Keamanan PBB kontraproduktif mengenai Gaza yang menargetkan Israel,” kata Menteri Luar Negeri Marco Rubio dalam sebuah pernyataan setelah pemungutan suara pada hari Rabu (4/6/2025) dengan perolehan suara 14 berbanding 1.
Ia mengatakan Washington tidak akan mendukung teks apa pun yang menarik persamaan palsu antara Israel dan Hamas, atau mengabaikan hak Israel untuk mempertahankan diri. “Amerika Serikat akan terus mendukung Israel di PBB,” katanya.
Ia juga menyerukan pembebasan segera, bermartabat, dan tanpa syarat semua sandera yang ditahan oleh Hamas dan kelompok lain serta menuntut pencabutan semua pembatasan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Hamas langsung mengutuk veto AS yang memalukan, dan mengulangi tuduhan genosida di Gaza. “Hak veto tersebut menandai noda baru pada catatan etika Amerika Serikat,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan, menuduh Washington melegitimasi genosida, mendukung agresi, dan merasionalisasi kelaparan, kehancuran, dan pembunuhan massal.
Sementara itu, Duta Besar Pakistan untuk PBB Asim Ahmad mengatakan resolusi yang gagal itu tidak hanya akan menjadi noda moral pada hati nurani dewan ini, tetapi juga momen penerapan politik menentukan yang akan bergema selama beberapa generasi.
Duta Besar China untuk PBB Fu Cong mengatakan hasil pemungutan suara kali ini sekali lagi menunjukkan bahwa akar penyebab ketidakmampuan dewan untuk meredakan konflik di Gaza adalah hambatan berulang-ulang yang dilakukan oleh AS.
Israel telah menghadapi tekanan internasional yang meningkat untuk mengakhiri perangnya di Gaza. Apalagi distribusi bantuan di Gaza telah diblokir Israel selama lebih dari dua bulan sebelum mengizinkan sejumlah kecil kendaraan PBB masuk pada pertengahan Mei.
PBB bulan lalu memperingatkan bahwa seluruh penduduk di wilayah Palestina yang terkepung berada dalam risiko kelaparan. Sedangkan bantuan yang diberikan masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan.
Respons kemarahan juga muncul dari berbagai perwakilan negara. “Dewan (DK PBB) dicegah memikul tanggung jawabnya, meskipun faktanya sebagian besar dari kita tampaknya sepakat pada satu pandangan,” kata duta besar Prancis untuk PBB Jerome Bonnafont.
Riyad Mansour, duta besar Palestina untuk PBB, mengatakan setelah pemungutan suara Dewan Keamanan bahwa ia sekarang akan meminta Majelis Umum untuk meloloskan resolusi yang menyerukan gencatan senjata.