Bendera bajak laut dari anime One Piece tengah viral menjelang peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia. Tak hanya ramai di media sosial, bendera bertengkorak topi jerami ini juga laris manis di berbagai platform e-commerce seperti Shopee, TikTok Shop by Tokopedia, dan Lazada.
Berdasarkan penelusuran inilah.com, ribuan bendera One Piece telah terjual secara daring dalam beberapa hari terakhir. Di TikTok Shop by Tokopedia, salah satu pedagang asal Boyolali mencatat penjualan lebih dari 7.300 unit, dengan harga mulai dari Rp 3.500 hingga Rp 135 ribu, tergantung ukuran.
Sementara itu, toko online di Bekasi tercatat menjual lebih dari 3.000 bendera, sedangkan pedagang di Garut telah menjual 2.300 unit, dan penjual di Sukoharjo mengklaim penjualan 800 lebih bendera.
Bendera One Piece yang dimaksud adalah Jolly Roger, simbol kelompok bajak laut Topi Jerami dari anime legendaris karya Eiichiro Oda. Desainnya menampilkan tengkorak tersenyum berhiaskan topi jerami dengan dua tulang bersilang di belakang, di atas latar belakang hitam.
Harga Bervariasi, Penjualan Meroket di Pulau Jawa
Harga bendera One Piece di marketplace bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. Di Jakarta Barat, ukuran 80×100 cm hingga 100×150 cm dibanderol antara Rp 55 ribu hingga Rp 74 ribu. Di Tulungagung, toko online mencatat penjualan 500 lebih bendera sejak awal tahun.

Fenomena ini meluas seiring dengan banyaknya pengguna media sosial yang mengganti foto profil mereka dengan simbol bajak laut tersebut, bahkan mengibarkannya secara fisik di sejumlah wilayah di Indonesia.
Namun tren ini juga menuai respons dari kalangan pejabat negara.
Wakil Ketua MPR Ingatkan Pentingnya Posisi Simbol Negara
Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno menanggapi fenomena ini dengan mengingatkan bahwa bendera Merah Putih harus tetap diposisikan tertinggi, di atas segala bentuk kreativitas.
“Saya mengutip almarhum Gus Dur, bahwa di atas segala bentuk kreativitas dalam ruang demokrasi kita, bendera Merah Putih harus tetap yang paling tinggi,” ujar Eddy dalam keterangan pers, Senin (4/8/2025).
Eddy menekankan bahwa ekspresi kebebasan dan kritik terhadap pemerintah tidak seharusnya dilakukan dengan cara yang dapat menimbulkan kesalahpahaman atau mengganggu rasa kebersamaan menjelang momen nasional.
“Demokrasi Indonesia bukan berarti bebas tanpa batas, tetapi tetap menjunjung musyawarah dan mufakat,” katanya.
Menurut Eddy, jika pengibaran bendera One Piece dimaksudkan sebagai simbol kekecewaan terhadap pemerintah, maka pendekatan dialog dan komunikasi terbuka adalah cara yang lebih konstruktif.
“Bicara secara terbuka dan saling menghormati masukan jauh lebih produktif ketimbang ajakan yang bisa mengganggu rasa guyub,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa Presiden Prabowo Subianto terbuka terhadap kritik dan saran dari masyarakat, sehingga saluran aspirasi tetap tersedia tanpa harus menggunakan simbol yang bisa disalahartikan.