Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Atip Latipulhayat menegaskan penerapan deep learning atau pembelajaran mendalam tidak akan menambah beban guru maupun murid dalam kegiatan belajar mengajar.
Ia menilai kesalahpahaman publik muncul karena perubahan kerap dipersepsikan sebagai penambahan pekerjaan.
“Pandangan publik atau persepsi publik seperti ini kemungkinan besar masih terpengaruh atau dihantui bahwa perubahan-perubahan yang dilakukan itu pada umumnya dipersepsi sebagai penambahan beban,” kata Atip dalam siaran Siniar Sosialisasi Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 di Jakarta, Senin (25/8/2025).
Atip menjelaskan, penekanan deep learning bukan memperluas materi pembelajaran, melainkan memperdalam bahasan. Dengan pendekatan ini, guru justru memiliki fleksibilitas untuk mengeksplorasi bidang studi yang diajarkan.
“Kata kuncinya ada pada kedalaman, bukan memperluas. Guru diberi keleluasaan untuk mengeksplorasi bidang studi yang diajar,” ujarnya.
Ia menambahkan, deep learning juga mendorong guru melakukan kontekstualisasi sehingga murid dapat memahami aplikasi materi dalam kehidupan sehari-hari.
Dari sisi murid, pendekatan ini tidak membebani, melainkan membuat proses belajar lebih komprehensif.
“Bagaimana mungkin murid terbebani? Justru mereka akan lebih komprehensif dalam melihat sesuatu. Jadi berubah dari sekadar konten ke makna,” tegas Atip.