Wamenkeu Anggito tak Melihat Tarif Resiprokal Presiden Trump Berdampak ke APBN

Wamenkeu Anggito tak Melihat Tarif Resiprokal Presiden Trump Berdampak ke APBN


Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Anggito Abimanyu mengeklaim dampak tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump terhadap APBN, tidak akan besar. Jadi tak perlu khawatir berlebihan alias lebai.

Dia mengatakan, meskipun Indonesia terkena tarif 32 persen, namun dampaknya bisa diatasi dengan melakukan negosiasi dengan negeri Paman Sam tersebut. Terlebih, Indonesia menjadi negara pertama yang melakukan negosiasi.

“Dampaknya pada APBN seperti apa, very minimal sebetulnya, kalau kita lihat kondisi sekarang pause 90 hari, juga kemungkinan US-Cina bisa agreed. Sehingga kita bisa mencapai restate agreement, membuat ekonomi kita lebih confident,” ujar Wamenkeu Anggito dalam diskusi Trump Effect ‘Bagaimana Indonesia Mendulang Peluang Ditengah Perang Dagang, di Gedung RRI, Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Namun demikian, dia menegaskan, Indonesia tak boleh lengah dalam menyikapi kebijakan tarif resiprokal dari rezim Trump. Selama ini, ada dua hal yang sudah dilakukan pemeritah untuk memperkuat APBN yaitu public spending dan hilirisasi investasi.

“Ini takes time ya, tidak bisa merespons kondisi ekonomi immediately, tapi harapan kita dengan perbaikan public spending, mulai dari efisiensi, refocusing, spending kita untuk memperkuat domestic demand kita, dan juga investasi melalui Danantara, dan juga hilirisasi yang diperluas,” kata dia.

Dia berharap, pada 2026, ekonomi Indonesia tetap stabil sesuai yang diharapkan. Jika perekonomian global stabil, dia mengatakan, maka efek positif bisa dirasakan Indonesia.

“Regardless di global economy seperti apa, namun kalau global economy bisa mencapai kondisi stabil. Kita harusnya bisa mulai tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi yang sekarang kita lihat,” tuturnya.

Terkait daya beli, kata Wamenkeu Anggito, menjadi salah satu pemerintah dalam menggiatkan perekonomian. Lahir sejumlah kebijakan strategis sejak awal tahun. Dampak positifnya terlihat, beberapa indikator ekonomi mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Salah satunya adalah penerimaan pajak yang sudah mulai membaik.

Sebagai informasi, setoran pajak secara neto per akhir Maret 2025 senilai Rp322,6 triliun. Dalam tiga bulan pada tahun ini, penerimaan pajak baru terkumpul 14,7 persen dari target APBN 2025 sebesar Rp2.189,3 triliun. “Penerimaan pajak kita sudah mulai backup,itu menunjukkan bahwa sektor riil kita sudah mulai backup juga, ” ujarnya.
 

Komentar