Warga AS diminta waspada di keramaian publik menjelang 7 Oktober 2024, yang bertepatan dengan satu tahun agresi Israel ke Jalur Gaza.
FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) mengatakan acara yang menyebabkan kerumunan publik berpotensi jadi sasaran pihak-pihak yang akan melakukan aksi teror.
“Lembaga Yahudi, Islam, dan Arab, masjid atau pusat keislaman, dan pusat komunitas, serta perkumpulan publik seperti peringatan dan demonstrasi menjadi sasaran yang menarik bagi serangan kekerasan atau hoaks yang dilancarkan aktor tertentu, termasuk pelaku kejahatan kebencian dan ekstremis,” tulis FBI dan DHS, seperti dikutip dari CNN, Minggu (6/10/2024).
“Selalu waspada dan berhati-hati atas lingkungan sekitar Anda dan laporkan segala aktivitas mencurigakan ke aparat setempat,” lanjut imbauan tersebut.
Pemerintah AS menilai peringatan satu tahun agresi Israel ke Gaza dapat menjadi motivasi bagi pihak tertentu untuk melancarkan teror dan kekerasan. Terlebih, saat ini kondisi di Timur Tengah semakin memanas imbas serangan Israel ke sejumlah wilayah seperti Iran dan Lebanon.
Aparat kepolisian AS juga telah meningkatkan penjagaan di sejumlah wilayah jelang peringatan 7 Oktober. Peningkatan penjagaan itu dilakukan di beberapa wilayah seperti Los Angeles, Chicago, Miami, dan Philadelphia.
Pada 7 Oktober tahun lalu, Hamas melakukan serangan mendadak ke Israel dengan berhasil menerobos tembok pembatas Gaza-Israel. Serangan tersebut direspons Israel dengan melakukan agresi secara brutal di Jalur Gaza yang berlangsung hingga hari ini.
Tepat setahun agresi biadab Zionis di tanah Palestina, sudah hampir 42.000 warga sipil meninggal dunia. Sebagian besar korban jiwa itu adalah perempuan dan anak-anak.
Aksi Unjuk Rasa Warnai Peringatan Satu Tahun Agresi Israel di Gaza
Sepanjang akhir pekan, puluhan ribu orang turun ke jalan di kota-kota besar di seluruh dunia untuk mengutuk operasi militer Israel di Gaza yang berlangsung selama satu tahun. Suaranya nyaris seragam, yakni berharap dunia bersatu menghentikan aksi genosida Israel.
Di Jakarta, lebih dari 1.000 pengunjuk rasa pro-Palestina berkumpul di luar kedutaan besar AS, menuntut agar Washington, pemasok militer dan sekutu utama Israel, berhenti mengirim senjata ke Israel.
Di Filipina, puluhan aktivis sayap kiri melakukan protes di dekat kedutaan besar AS di Manila, tetapi polisi mencegah mereka mendekati kompleks tepi pantai.
Di Cape Town, Afrika Selatan, ratusan orang berjalan menuju gedung parlemen sambil meneriakkan: ‘Israel adalah negara rasis!’ dan ‘Kami semua orang Palestina!’. Selain di Cape Town, pawai pro-Gaza juga terjadi di Johannesburg dan Durban.
Di Caracas, ratusan demonstran pro-Palestina berunjuk rasa di luar kantor perwakilan PBB untuk Venezuela, sambil membawa bendera Palestina berukuran raksasa. Mereka menyampaikan petisi kepada PBB yang menyerukan diakhirinya genosida terhadap warga Palestina.
Aksi serupa juga terjadi di sejumlah kota besar di Eropa, seperti London, Roma, Dublin, Paris, Hamburg, dan Bassel.
Adapun di Washington, lebih dari 1.000 pengunjuk rasa berdemonstrasi di luar Gedung Putih menuntut AS berhenti menyediakan senjata dan bantuan kepada Israel.