Warga Israel Tinggalkan Tel Aviv, Selamatkan Diri dari Serangan Iran

Warga Israel Tinggalkan Tel Aviv, Selamatkan Diri dari Serangan Iran


Pusat Kota Tel Aviv, yang biasanya ramai oleh kendaraan dan pejalan kaki, tampak lengang dan senyap akibat banyaknya warga yang mengungsi ke tempat aman.

Situasi tersebut mencerminkan kekhawatiran mendalam warga, menyusul konflik antara Israel dan Iran yang semakin memanas.

Sejak Israel melancarkan serangan besar ke sejumlah wilayah di Iran pada Jumat pekan lalu (13/6/2025) yang menewaskan lebih dari 220 orang, termasuk 70 perempuan dan anak-anak, kehidupan di kota terbesar Israel ini berubah drastis.

Respons Iran berupa rentetan rudal balasan membuat situasi kian mencekam. Kementerian Pertahanan Israel menetapkan status darurat nasional segera setelah serangan dilancarkan. Akibatnya, restoran, kafe, toko, sekolah, dan transportasi publik tutup atau hanya beroperasi terbatas.

Amit, seorang warga Tel Aviv, mengungkapkan ketakutannya hingga memutuskan untuk keluar dari rumahnya.

“Ini momen paling menegangkan sejak perang dimulai,” ujarnya.

Ia dan pasangannya, Eitan, untuk pertama kalinya sejak konflik 7 Oktober 2023, mengungsi ke tempat darurat.

Warga lainnya, Daniel, seorang ibu dua anak, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa ketidakpastian kini menghantuinya.

“Rasanya seperti main Russian roulette. Sulit hidup di negara ini, tapi saya percaya pada tentara dan rakyat kami,” katanya.

Sementara itu, Niv, seorang pelatih sepak bola, mengaku meninggalkan Tel Aviv untuk berlindung di rumah keluarga pasangannya yang memiliki ruang aman.

“Perang kali ini lebih serius. Sebagian besar bangunan di Tel Aviv tidak punya perlindungan yang cukup,” ucapnya.

“Iran berhasil menciptakan tekanan sampai seluruh Tel Aviv kosong,” ia menambahkan.

Sementara itu, Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengatakan bahwa operasi Iran terhadap Israel akan terus berlanjut hingga kehancuran total rezim Zionis.

“Operasi True Promise 3 dan operasi-operasi selanjutnya akan lebih dahsyat, lebih parah, lebih tepat sasaran, dan lebih merusak daripada yang sebelumnya,” kata unit elite angkatan bersenjata negara itu dalam sebuah pernyataan, Senin (16/6/2025).

“Mereka yang mendukung rezim kriminal ini harus tahu bahwa operasi yang efektif, terarah, dan menghancurkan terhadap target-target penting rezim ini akan terus berlanjut hingga kehancuran totalnya,” tambah penyataan IRGC.

Sebelumnya, pada malam 13 Juni, angkatan bersenjata Israel (IDF) meluncurkan operasi skala besar yang dijuluki Rising Lion, di mana Angkatan Udara Negeri Zionis itu menyerang sejumlah target dan fasilitas militer program nuklir yang dimiliki Iran.

Angkatan Udara Israel melakukan beberapa gelombang serangan di berbagai bagian Iran, termasuk Teheran, di mana beberapa pejabat militer senior Iran tewas, termasuk kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran dan komandan IRGC, serta beberapa ilmuwan nuklir.

Beberapa fasilitas nuklir, termasuk Natanz dan Fordow, dan posisi militer Iran di berbagai bagian negara itu juga terkena serangan.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dalam pidato kepada para warga negaranya, menyebut bahwa serangan terhadap Iran sebagai bentuk kejahatan, seraya mengatakan bahwa Israel akan menghadapi ‘nasib yang pahit dan mengerikan’.

IRGC menyatakan Republik Islam Iran telah meluncurkan Operasi True Promise 3 terhadap target militer di Israel sebagai tanggapan atas serangan pasukan Zionis tersebut.
 

Komentar